Nafsu atau Cinta

2.5K 194 9
                                    

Saat itu, apa yang ada dipikiranku hanyalah bola voli.

Serta memikirkan bagaimana seharusnya aku bertindak agar teman-temanku tidak berpaling dariku.

Lalu kau muncul, dengan aroma manis yang membuat kupu-kupu memenuhi perutku.

Aku bertanya-tanya, apakah sebelumnya aku memakan ulat bulu?

"Mmh..."

Aku melihatmu yang terlelap dalam sakit, betapa cerobohnya aku.

"Boku... to..."

Walau ku rasa cukup menggemaskan melihat seseorang memanggilku dikala ia tertidur.

Meski aku bukan orang yang pintar, setidaknya aku tidak sepenuhnya bodoh.

"Uhh... Mmmh..."

Suhu tubuh Akaashi semakin tinggi, aku harus mengganti bajunya.

Sebelum mataku berpaling, sekali lagi aku menatap wajah mungilnya.

Ini sudah beberapa hari, dan ia masih saja tak sadarkan diri.

Apakah dongeng putri tidur itu nyata?

.
.
.

Setelah mengambil selembar kaos dan celana dari lemari, Bokuto kembali mendekati Akaashi.

Mengingat ukuran kasur cukup besar, Bokuto menaiki kasur agar bisa lebih dekat dengan Akaashi.

Bokuto membantu Akaashi untuk menegakkan tubuhnya, lalu menanggalkan pakaiannya satu persatu hingga Akaashi telanjang bulat.

"Mhhm..."

"......"

Akaashi tanpa sehelai benang di depannya, tubuh kecil panas, dan wajah mungil yang merona.

Serta area vital yang masih menegang meski sang empu tak sadarkan diri.

Buk!

Bokuto memukul selangkangannya, seperkian menit selanjutnya ia memegangi miliknya yang berdenyut sakit.

Setelah pulih, Bokuto kembali mengelap keringat di tubuh Akaashi.

"Ngh!"

"!?"

Bokuto berjengit karena Akaashi bersuara, ia segera melihat di mana tangannya berada.

Ujung handuk yang ia genggam tak sengaja menyenggol pucuk dada Akaashi yang mengeras, Bokuto meneguk ludahnya.

"Sensitif ya?"

"....."

Bokuto ikut menanggalkan pakaiannya, lalu mengambil selimut tebal dan membungkus Akaashi bersamanya dengan menyandarkan Akaashi di dadanya.

"Aku pernah mendengar ini dari Onee-san, untuk orang sakit harus kulit bertemu kulit."

Tidak, tidak itu untuk orang hiportemia parah (Bokuto Nee-san).

Bokuto mendekap erat tubuh Akaashi, membuat suhu panas menjalar.

Nafas Akaashi perlahan memburu, dan iya semakin mengigau.

"Ngh... Sakit... Uu..."

"Tenanglah Akaashi, aku akan merawatmu."

Yup, Bokuto mengunjungi Akaashi untuk kesekian kalinya. Dia di sini untuk merawat Akaashi.

Bokuto menaikkan tangan kanannya, menggenggam dada Akaashi. Menjepit putingnya dengan ibu jari dan jari telunjuk. Ia juga mengulurkan tangan kirinya di antara selangkangan Akaashi.

We are The Protagonists of The World 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang