Tambah lagi?

1.1K 82 15
                                    

Author Note :

Ingat author suka bikin cerita gimana?

Yup, maju mundur.

Jadi jangan kaget kalau alur waktu kadang suka berubah ya?

Tak perlu berlama-lama, ha'i douzo~

*****

Hal yang pertama Bokuto lihat ketika bangun adalah kasur di bagian Akaashi biasanya berbaring sudah kosong.

Lalu perasaan nikmat di daerah selangkangannya yang ditutupi selimut.

Masih dengan mata setengah terpejam, ia melihat gundukan yang cukup besar di dalam selimut.

"Ji?" Bokuto menarik selimut dan mendapati kepala Akaashi menyembul keluar.

Iris zamrud itu menatap sayu.

Masih dengan mulut yang penuh dengan sebagian batang penis, gumaman Akaashi teredam.

"Aargh~ jangan sambil ngomong, jadi bergetaaar~" Rengek Bokuto yang menggelinjang.

Plop~! Akaashi melepaskan Bokuto dari mulutnya, meninggalkan jejak saliva yang belepotan.

"Maaf Kou, aku... tiba-tiba saja merasa sangat horny."

Mata Akaashi berkilat tajam, entah apa yang merasuki Akaashi.

Bokuto menegakkan tubuhnya, melihat handphonenya.

"Ji, kamu tahu ini jam berapa?"

Akaashi menggeleng.

"Ini jam 4 pagi."

Terlalu dini untuk beraktivitas.

Meski begitu, Akaashi menggenggam erat penis Bokuto, seakan tidak ingin berpisah dengan daging keras yang selalu membuat Akaashi menjerit.

"Shhh, kamu lanjut aja dulu, aku ngumpulin nyawa dulu."

Setelah mengusap pipi Akaashi, Bokuto kembali berbaring.

Dan Akaashi melanjutkan aktivitasnya untuk menyantap lolipop Bokuto.

"Mmph~ mmh~" Ketika mulut Akaashi sibuk dengan pucuk penis, mencumbu bagian lunak yang kemerahan.

Tangan Akaashi bergerak untuk mengocok batang penis Bokuto, meski usia bertambah, telapak tangan Akaashi masih tidak bisa mengenggam benda itu sepenuhnya.

Masih ada sedikit celah dari lingkar batang penis yang tidak bisa Akaashi raih.

Selain itu, tangan Akaashi yang lain juga memijit buah zakar Bokuto.

Meremas biji kembar itu dengan gemas, ukurannya sebesar kacang wallnut yang diletakkan berdempetan.

Sentuhan ringan di bagian sana cukup membuat Bokuto melenguh.

"Ji..." Bokuto meremas surai hitam Akaashi, gemas dengan sensasi nikmat yang menjalar di selangkangannya.

Mau tidak mau membuat kesadaran Bokuto kembali sepenuhnya.

Bibir Akaashi bergerak turun, lidahnya menyusuri batang penis Bokuto, dan bergerak semakin turun ke bagian bawah.

Ketika bibir Akaashi menempel di buah zakar, Bokuto menahan nafasnya.

"Ji-- ahh~"

Dengan tangan yang mengocok batang penis, Akaashi mengecup permukaan kulit buah zakar, sesekali tangannya meremas.

Bibir plum itu menyedot sebelah buah zakar itu ke dalam mulutnya, dan sisi yang lain diremas-remas.

Kepala Bokuto tersentak, sensasi nikmat itu menyengatnya.

We are The Protagonists of The World 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang