Tiga Bersaudara + Si Ayah

950 80 15
                                    

Keseharian Akaashi cukup sibuk, selain pekerjaan sebagai editor, ia juga menjadi suami rumah tangga dan seorang ibu.

"SHOU?! KAMU NGAPAIN?!"

Akaashi melotot, menatap penuh amarah.

Shouhei terlihat tengah berkelahi dengan Kanae, sedangkan Hanae menangis segugukan.

Yup, kedua anak itu adu jotos.

"Kanae yang duluan!"

"Abhuu!!!" Sahut Kanae yang masih belum fasih bicara, tentu saja, usianya baru 2 setengah tahun.

"Hngaaaa~ aaaa~" Jerit Hanae yang menangis kencang.

Akaashi yang tadinya di dapur menyiapkan makan malam itu segera mendekati ketiga anaknya setelah mendengar jeritan dan suara benda jatuh.

Akaashi mencoba menenangkan Hanae yang menangis histeris, menggendong si mungil yang sepertinya menangis karena melihat kakak dan adiknya bertengkar.

Yup, meski dua bayi itu lahir bersamaan, Hanae lebih dulu keluar dari perutnya.

"Shou, kamu lebih besar dari Kanae, ga boleh balas mukul..." Akaashi mengusap-usap puncak kepala Shouhei.

Pipi memar bocah itu juga tak luput dari Akaashi, membuat Shouhei yang tadinya mengerut kesal mulai berkaca-laca.

"Tapi sakit..."

"Iya, mama tau, tapi kalau kamu balas mukul nanti Kanae juga sakit kan?"

Walau yang dipeluk Akaashi adalah Hanae, bukan Kanae, Shouhei merasa ia disudutkan.

"Mama lebih belain Kanae? Dia yang mulai mukul pakai mobil-mobilan aku!"

"Bukan gitu sayang, coba ingat, sebelum Kanae gitu kamu ngapain? Kanae ga bakal nyerang kalau kamu ga mulai duluan--lah ini kenapa tangan Hanae merah?"

Hanae yang sudah mulai tenang karena ada Akaashi terlihat mengibaskan tangannya yang memerah, kesakitan.

Shouhei memanyunkan bibirnya, bocah yang baru berusia 9 tahun itu mengusap matanya yang memerah.

"Aku... ga sengaja injak waktu lewat... H-habis waktu aku jalan Hanae tiba-tiba berguling ke arahku!"

Sekarang Akaashi sudah melengkapi kepingan puzzlenya.

Hanae tiba-tiba muncul di depan Shouhei, membuat Shouhei tidak sengaja menginjaknya.

Kanae yang melihat itu segera menyerang Shouhei, meski bayi ini masih kesulitan dalam berjalan.

Shouhei yang tidak terima dipukul dengan mainan, balas menyerang Kanae.

Setidaknya begitulah kronologinya.

"Shou mau minta maaf sama Hanae?"

Awalnya Shouhei menolak, tapi melihat Akaashi yang tidak bergeming membuat Shouhei meneguk ludah.

"Hanae, maaf..."

Hanae masih berlinang air mata, ia menggulung diri pada Akaashi, dan itu membuat tangis Shouhei diujung tanduk.

"Hana sayang, Shou Nii-chan mau minta maaf, yu tatap mukanya."

"Nghuu..." Hanae menggesekkan kepalanya pada dada Akaashi, Akaashi masih berusaha membujuk Hanae, mengelus tangan mungil yang memerah.

"Ni mama sembuhin."

Hanae mengintip, ia melihat Akaashi mengecup punggung tangannya.

Ajaibnya, rasa sakit yang Hanae rasakan hilang.

We are The Protagonists of The World 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang