"Uuuugh~"
Akaashi melenguh panjang, ia benar-benar merasa lelah secara fisik.
Dan mental.
Saat ini ia berada di dalam bathup, berendam dalam air panas. Mengingat berendam dalam suhu hangat bagus untuk perutnya yang kadang keram.
Tangannya menyeka sisa muntahan di bibir dengan lemah, meski hanya ada air yang keluar saat itu.
Perutnya sudah cukup besar dan itu membuat ia sering mengalami sesak nafas karena paru-paru mendapat tekanan dari rahimnya sendiri.
Hari masih pagi, dan Akaashi sudah kusut.
Bokuto yang tadinya sedang membersihkan wastafel kini berjongkok, sambil menyodorkan sikat gigi.
"Ji, ayo buka mulutmu."
Akaashi menurut dan membuka bibirnya, membiarkan Bokuto menggosok giginya.
Sudah menjadi rutinitas bagi Bokuto untuk mengurus istrinya yang terlihat kacau di pagi hari--semenjak kehamilan itu tentunya.
"Uph--!!"
Bokuto reflek menarik sikat gigi itu keluar, takut jika Akaashi tersedak.
"Kenapa Ji??"
Akaashi masih terbatuk dan mengeluarkan busa pasta gigi ke lantai, setelah merasa lebih baik ia menatap Bokuto dengan mata memelas.
"Kou... aku tidak ingin meneguk spermamu hari ini... Aku mual..."
Akaashi menatap sendu pada busa pasta gigi yang baru saja ia ludahkan.
"Aku bahkan merasa geli dengan pasta gigi..." Di mana dalam penglihatan Akaashi benda putih yang ia ludahkan terlihat seperti sperma.
Bokuto hanya diam dan kembali membersihkan Akaashi, setelah di rasa cukup, ia membantu Akaashi mengeringkan badan dan berpakaian.
"Kamu tahu untuk yang satu itu aku tidak bisa mengiyakan kan?"
Akaashi mengigit bibir, ia mual, dan kini Bokuto memaksanya untuk menelan itu.
Air matanya menggenang.
"Tidaaa~k." Rengek Akaashi.
Meski Akaashi juga tahu ia harus melakukannya, Akaashi hanya takut jika ia akan memuntahkannya dan membuat usaha Bokuto sia-sia.
"Shhh, tenang, Keiji ku bisa melakukannya."
Bokuto membawa Akaashi ke ranjang mereka, memeluk sang istri yang kesusahan memposisikan diri dan perutnya.
"Sebentar lagi dia akan lahir, 3 bulan lagi kata Nee-chan ingat? Bertahanlah oke?"
Kecupan hangat di kening, dan usapan lembut di pipi. Akaashi yang cemberut dengan mata sembab itu mengangguk mengiyakan, menyentuh tangan Bokuto yang sedang mengelus perut buncitnya.
"Baiklah Kou..."
Dan kini, meski Akaashi merasa mual mencium aroma precum yang menetes dari Bokuto, ia menahan dirinya agar tidak muntah.
Hidungnya cukup sensitif saat ini.
Bokuto tidak bisa meminta felatio pada Akaashi, karena itu ia mengocok dirinya sendiri.
"Ji, open your mouth--"
"Nhhuu--mmh~!"
Bokuto meraih wajah Akaashi, masih dengan salah satu tangan mengocok batang penis.
Ibu jarinya menyibak bibir Akaashi yang terkatup rapat, menyentuh gigi yang menggeram. Mengeksplor lidah basah yang mencoba kabur dari jari Bokuto.
"Mhhuu--" Akaashi mengerang, lidahnya terasa geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
We are The Protagonists of The World 🔞
FanfictionBokuAkaa in ABOverse, adult only 🔞 dan alur maju mundur. Menceritakan perjalanan hidup BokuAka dari mereka sekolah, menikah, punya anak, dan menua bersama. From 5 December 2020 to 19 August 2021 ✨ #12 - World (1 Juli 2021) #7 - World (6 April 2022)...