⭐🌏

1.4K 143 11
                                    

"Keiji."

Iris zamrud itu terbuka dengan sempurna.

Tidak ada siapapun yang tidur bersamanya, ia sendirian.

"Mgghh~"

Sambil menegakkan punggung, ia merenggangkan kedua tangannya ke atas.

Meraih ponsel yang masih berbunyi 'Keiji' dari suara sang kekasih, alarm paling manjur untuknya yang terkadang sulit bangun pagi.

Waktu menandakan pukul 6 pagi, waktu yang masih terlalu dini untuknya bangun.

Namun, tidak untuk hari ini.

Sebelum jarinya menekan tombol hijau, layar telfonnya lebih dulu berubah dan menampilkan sang kekasih yang menelfonnya.

Begitu sambungan telfon diangkat, terdengar suara berat yang masih mengantuk.

"Jii... Kamu sudah bangun?"

"Iyaa, baru saja."

Akaashi kembali menggulung dirinya dalam selimut, mendekap nitotan raksasa dengan bentuk yang mirip seperti sang kekasih.

Membayangkan dirinya seakan tengah berduaan di kasur.

"Tidurlah lagi, aku ingin mandi."

"Tidak, aku tidak mau."

Bokuto yang ingin beranjak dari kasurnya kembali duduk.

"Ji, jika kau perlu sesuatu
telfon kakaku ya?"

Suara Bokuto terdengar khawatir, Akaashi entah kenapa merengut kesal. Ia hanya ingin Bokuto, bukan yang lain.

"Hal pertama yang ingin
ku lihat ketika aku
bangun adalah wajahmu."

Akaashi pun demikian.

"Nanti aku akan pulang,
jadi bersabarlah dan
lihat pertandinganku?"

Akaashi menghembuskan nafasnya pelan, tidak bagus juga jika ia terus menerus bersikap keras kepala.

"Tentu Kou, aku akan menunggumu pulang."

"Aku mencintaimu, Ji."

"Aku juga mencintaimu, Kou."

Sambungan telfon diputuskan oleh Akaashi, jika diteruskan Akaashi takut ia akan berubah pikiran dan berakhir dengan Bokuto yang pulang ke rumah tanpa mengikuti pertandingan.

"Aku lapar."

Akaashi pun beranjak dari kamar menuju dapur mereka.

Sedangkan di tempat Bokuto, ia masih memandangi telfonnya sejenak.

Membuat Hinata yang terbangun karena suaranya kebingungan.

"Bokuto-san?"

Bokuto menoleh dengan ekspresi sendu.

Hinata yang melihat Bokuto seperti itu tentu khawatir, ia dengan cepat mendatangi Bokuto.

"Kenapa?"

"Ji menutup telfonku sebelum aku memberikan kecupan selamat pagi."

Hinata hanya tersenyum, ia tidak tahu harus berbuat apa pada Bokuto.

.
.
.

"Astaga! Apa yang orang hamil seperti kau lakukan di pagi hari?!"

Omel seorang wanita dengan surai putih kelabu yang dicepol.

We are The Protagonists of The World 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang