"Jii~" Rengek Bokuto sambil menggesekkan pipinya pada perut buncit Akaashi, mengeluarkan jurus puppy eyes andalannya.
Saat ini mereka berdua sedang berada di kamar, Akaashi duduk di atas kasur dengan kaki selonjoran, bersandar pada bedhead yang diganjal bantal.
Akaashi memakai kaos oversize selutut dengan resliting di dada--baju ibu menyusui, serta kacamata yang biasanya bertengger di pangkal hidung.
Menyesap susu hangat, dan sepiring potongan timun.
"Kenapa Kou?"
Bokuto mengangkat wajahnya, memelas. Bayi raksasa ini sedang berbaring berbantalkan paha Akaashi.
Dengan tubuh padat memakai kaos lengan pendek, dan celana training. Bokuto bermanja ria pada Akaashi di atas kasur.
Karena malam cukup dingin, wajar jika mereka memilih untuk bermalas-malasan di kasur.
"Aku pengeeen~" Bokuto menggoyangkan pinggulnya
Telinga dan ekor anjing imajiner muncul pada Bokuto, telinganya bergetar turun memelas, sedangkan ekornya bergoyang lincah.
Akaashi menawarkan timun yang ia kunyah, Bokuto menggeleng dan semakin mendekap pinggul Akaashi.
Akaashi tentu kebingungan, kali ini ia menyodorkan gelas susu yang tadinya ia teguk.
"Susu?"
"Maunya yang ini."
Akaashi berjengit saat Bokuto menunjuk dadanya, jari Bokuto tepat mengenai puting, bagaimana Akaashi tidak tersetrum rasa geli?
"Ga boleh." Tepis Akaashi.
Bokuto semakin merengek, menggesekkan wajahnya pada paha Akaashi.
Melihat suaminya yang begini, Akaashi pun menghela nafas.
"Kalau cuma di mulut ga papa."
Fellatio maksudnya.
Bokuto menegakkan tubuhnya, masih dengan mata yang membesar dan bibir yang mengerucut.
Dan Akaashi tahu kalau Bokuto ingin lebih dari itu.
"Kou, jangan--"
"Aku ga bakal kasar kooo~" Bokuto mengelus perut buncit Akaashi dengan lembut.
"Aku takkan mungkin menyakiti mu dan calon anak kita." Ucap Bokuto penuh sayang sambil mencium perut sang istri.
Melihat Bokuto yang bersikukuh membuat Akaashi luluh.
Dengan wajah yang bersemu, Akaashi membuka resliting kaosnya yang cukup panjang hingga ke perut.
Memperlihatkan bukit kembar yang ranum dengan puting basah, mengingat hormon Akaashi sedang tinggi, wajar jika saat ini ia memproduksi ASI dan membuat payudaranya membesar.
Bokuto menunduk, mendekati bukit kembar Akaashi.
Sebelum tangan Bokuto berhasil meraih payudaranya, Akaashi melayangkan tangannya ke depan Bokuto untuk berhenti.
"Sebentar, aku kedinginan."
"Nanti juga keringatan kan?"
Akaashi menggembungkan pipinya, meraih ujung resliting pakaiannya. Seakan mengancam Bokuto kalau tidak nurut, Bokuto tidak boleh dapat jatah.
Tanpa pikir panjang Bokuto segera turun dari kasur dan mendekati lemari.
"Kaos kaki kan?" Akaashi mengangguk, masih dengan bibir cemberut maju.
KAMU SEDANG MEMBACA
We are The Protagonists of The World 🔞
FanfictionBokuAkaa in ABOverse, adult only 🔞 dan alur maju mundur. Menceritakan perjalanan hidup BokuAka dari mereka sekolah, menikah, punya anak, dan menua bersama. From 5 December 2020 to 19 August 2021 ✨ #12 - World (1 Juli 2021) #7 - World (6 April 2022)...