Adimas sedang duduk santai di teras kosan di sore itu. Memperhatikan anak-anak komplek yang lagi semangat-semangatnya main bola padahal bukan di lapangan.
Adimas jadi ingat, awal dia merantau dan jadi anak kos, dia suka ikut bocil komplek ini main bola. Mereka sampai hapal banget sama Adimas. Tapi sejak kapan ya akhirnya dia gak lagi main sama bocil-bocil ini. Dulu mah Adimas sering banget juga memperdaya mereka buat beliin jajan, ambilin jambu di rumah Pak Kumis, mintain nomor WhatsApp anak kosan cewek.
Yah, Adimas jadi kangen amsa-masa itu. Sekarang dia udah gak punya energi lagi main sama bocil ini.
"Bang! Main kagak? Mau puasa nih." teriak si Adit, yang dari dulu paling deket sama Adimas karena menurut Adit, Adimas ini Abang yang keren abis.
"Skip, Dit. Gue udah jompo, sering sakit pinggang." kata Adimas dengan mimiknya yang meyakinkan.
"Yah, cupu. Main kek, banyak anggota baru ini." kata Adit lagi. Dia lagi berdiri di belakang pager. Sudah mulai tinggi dia, dulu masih jinjit kalau mau manggil Adimas dari pager.
"Gaya lu anggota baru," Adimas ketawa, "kapan-kapan deh ya."
"Yaudah deh, banyak makan sayur, Bang, kata Ibu gue."
"Iye, aman, Dit."
Kemudian Adit pergi lagi dan kembali main di sana.
Adimas menghela napasnya berat. Waktu sudah berlalu lama banget ya ternyata. Kemana hilangnya energi Adimas yang dulu. Dia pikir-pikir lagi juga sekarang si Hazel sama Anggara sudah gak gak bertenaga kayak dulu lagi. Dulu mereka berdua juga suka ikut main. Yang masih gitu-gitu aja si Eric sama Yoga. Tapi sekarang mereka udah ngerti gaya deh, dulu mah yang penting main.
Pas Adimas lagi santai begini, kedengeran suara orang duduk di sofa dan nyalain TV. Adimas ngintip siapa pelakunya. Ternyata si Yoga. Soalnya emang mereka cuma bertiga aja di rumah sekarang ini. Adimas, Yoga dan Hazel. Hazel juga gak sering, karena kalau malam atau weekend baisanya dia harus kerja. Masih sama kayak setahun yang lalu, dia masih kerja jadi barista di cafe itu.
Tadinya kan ada Eric, tapi semenjak Eric pulang rumah ini jadi makin sepi. Dengan ukuran segini besar, diisi cuma bertiga kan sepi banget ya.
Nggak lama dari flashback Adimas, ada penghuni kosan yang baru datang. Si Anggara yang selalu pulang duluan karena tempat kerjanya paling deket. Masih satu kelurahan sama tempat dia tinggal.
Mukanya kusut banget, keliatan capeknya. Sepatu pantofelnya udah gak dia pakai, udah diganti sama sendal jepit Converse kesayangannya.
"Kusut amat mukanya, Bro. Abis dicuci apa?" tegur Adimas pas Anggara ngelewatin dia mau masuk ke rumah.
"Shh, diem." Jawab Anggara dengan mimik yang gak mau diganggu.
"Senyum dong, kan besok Sabtu." goda Adimas lagi.
"Mau tidur gue." jawab Anggara kemudian masuk ke dalam rumah.
Adimas ketawa kecil aja.
Gak lama dari Anggara, muncul lah kesayangan kita semua Bang Jeje dengan motor NMax-nya yang sebesar Appa.
"Welcome home, Abang." kata Adimas begitu Jeje nurunin standar motornya.
Jeje senyum lebar banget sambil buka helmnya. Sangat signifikan perbedaannya sama Anggara tadi.
"Tumben banget, Dim." Kata Jeje kali ini sambil ngelepas sarung tangan dan maskernya. Tipikal Jeje kalau naik motor semua perlengkapannya lengkap!
"Gak papa, mau menyemangati kaum-kaum budak korporat dan para pejuang cuan." jawab Adimas ngasal.
KAMU SEDANG MEMBACA
2.0 HOME
Fiksi PenggemarTiga Puluh Hari part 2 atau yang sekarang diberi nama 'HOME' akan menjadi cerita bersambung milik lokalantheboyz yang kedua. Kali ini masih akan sama, masih menceritakan keseharian mereka. Namun akan sedikit berbeda karena akan ada penambahan variab...