5. ketar-ketir

442 63 27
                                    

Sore itu sebenarnya Adimas gak jalan sama Nona. Dia nganter jas hujan punya Nona yang Adimas sempat pinjam beberapa waktu lalu pas dia gak bawa.

Tapi pas pulang, Adimas langsung bablas ke rumah Bu Handy soalnya disuruh ambil takjil. Hari itu waktunya Bu Handy untuk ngasih takjil ke masjid. Jadi dia bikin lebih lagi untuk anak-anak kosan kesayangannya itu. 

"Le, berapa orang di kosan?" tanya Bu Handy ke Adimas.

"berapa yah.. 10 orang sih, Bu. Soalnya Bang Tristan di rumah. Eric masih mudik." jawab Adimas sambil duduk di kursi teras. Sementara Bu Handy teriaknya dari dalam rumah.

Adimas menghela napasnya dalam, ini beban hidupnya kayaknya berat banget.

Seminggu lagi dia wisuda, tapi Ayah masih antara iya dan engga mau datang. Padahal Adimas udah legowo banget Ibu gak bisa datang karena ada pesanan kue lebaran. Ini ditambah lagi Ayah masih 50:50. Sedih banget.

Padahal waktu Gesa semuanya datang, bahkan Adimas aja ikut ke sana. Ini sih bau-baunya Gesa yang bakal jadi walinya Adimas. Padahal dia udah berusaha semaksimal mungkin untuk lulus cepat biar gak membebani orang tua.

Yaudahlah, ntar di balik jubah toga pakai baju bola aja kali ya.

"Le, ini Ibu kasih 10 pas ya. Soalnya emang buatnya kemepeten." kata Bu Handy yang bawa kresek merah isi takjil dan nasi kotak.

"Iya, Bu. Gak papa. Makasih banyak ya, Bu." jawab Adimas kemudian dia gantung di vespanya sebelum dia engkol motor tua itu.

Sampai di kos, Hazel sama Anggara lagi baikin jemuran depan yang habis roboh karena hujan dan beberapa baju yang digondol anjing liar.

Adimas langsung masuk soalnya bawa makanan. Kemudian dia masuk ke kamar. Soalnya lagi gak mood buat ngobrol sama orang-orang.

Adimas tidur telentang di atas kedua tangannya sambil melipat kakinya ke atas. Memandang langit-langit kamar yang udah mulai gelap. Dan beberapa kali menghela napasnya dalam. Di kehidupannya yang lain, di bagian yang gak pernah dia tunjukkan ke orang-orang, ⁸yang lagi Adimas pikir adalah hubungan dia dengan Nona. Kalau dipikir-pikir, apa sih kurangnya Adimas? Dia udah ngasih segala sayangnya ke Nona. Bahkan sebelum Nona mau nerima kalau hubungan mereka ini lebih dari pada teman. Apa Adimas kurang dalam mencintai gadis ini? Rasanya engga sih.

Tapi sampai sekarang, kayaknya semua usaha Adimas juga sia-sia. Kadang Adimas mikir, apa lebih baik pisah aja. Tapi Adimas aja gak berani ngelepas Nona walau dia lagi di fase bosan. Kayak beberapa minggu lalu, Adimas emang lagi gila-gilaan ngerjain skripsi yang gak cuma 1 jenis itu. Dia bisa menghabiskan waktunya sampai pagi hanya untuk diskusi sama temannya untuk kelanjutan objek penelitiannya. Dan kejadian itu dia jadikan alasan untuk gak berhubungan sama Nona terlalu sering. Adimas tau kalau Nona sadar dia emang lagi bosen. Tapi belakangan dia malah jadi overthinking.

Tadi malam Adimas sama Nona terlibat dalam obrolan serius. Gara-gara awalnya sih Adimas gak balas chat Nona seharian. Dan baru balas malam itu. Terus jadi panjang masalahnya.

 Terus jadi panjang masalahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2.0 HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang