24. Pendistribusian

203 42 6
                                    

Hari Senin sore mereka semua kumpul di kos jam set. 5 yang sudah bisa pulang duluan. Soalnya sebenernya mah semuanya dapat jatah pulang lebih cepat di bulan ramadhan ini kecuali Gio. Tapi karena tuntutan tanggung jawab dan sindiran loyalitas terhadap perusahaan, kadang mereka gak bisa pulang sesuai waktu yang ditentukan. Paling yang on time cuma Anggara.

Tapi di hari ini, yang sempat menyempatkan untuk pulang lebih cepat karena parsel yang kemarin sudah dibeli harus segera disalurkan.

Naufal yang hari selasa sudah mudik itu, hari Seninnya dia habiskan dengan membereskan paket sembako daripada packing keperluannya. Soalnya di kos cuma ada Tristan sama Adimas aja. Jadi dia harus turun tangan agar semuanya berjalan dengan lancar. Ya walaupun Tristan sama Adimas gak slebor-slebor banget tapi Naufal gak percaya.

"Lo besok terbang jam berapa?" Tanya Tristan sambil masuk-masukin belanjannya.

"Jam 3 take off-nya. Jam 1 paling gue pergi jam 1." Jawab Naufal.

"Bawa koper, Bang?"

"Bawa lah jelas. Orang cuma ke Dieng waktu itu aja dia bawa koper." Sahut Tristan sebelum yang ditanya buka mulut.

Naufal ngacungin jempol aja.

"Gimana perasaan lo setelah 2 tahun gak pulang?"

"Ya gak gimana-gimana. Emang mau gimana?"

"Ya apa kekkk." Keluh Tristan.

Naufal ketawa, "kangen gue sama Nora."

"Ehiya, gimana kabarnya si kecil itu?" Tanya Adimas.

"Kayaknya dia lagi naksir orang deh." Jawab Naufal sambil nyureng-nyureng.

"Kok gitu?" Tanya Tristan.

"Belakangan dia suka bikin story ala-ala cewek puber gitu."

"Dek, gak selamanya cinta itu indah, Dek." Celetuk Adimas sambil nyusun tas kresek yang sudah ada isinya.

Tristan sama Naufal ketawa banget.

Gak lama mereka selesai beresin parsel. Naufal langsung nyiapin semua keperluannya sementara Tristan dan Adimas nyusun kresek sama 1 kardus mie di teras depan. Ntar bakal didistribusiinnya pakai motor aja. Soalnya cuma 10 paket.

***

Sekitar jam 5 mereka ber 10 nganterin paket itu dengan 5 motor. Tapi Gio yang kebagian sama Juna sepanjang jalan ngomel mulu karena MOTORNYA GEDE BANGET SHAY.

Udah gak ada motor lain lagi soalnya. Jeje sama Tristan naik si Appa alias N-Max, Adimas sama Kevin naik Jameela, Yoga sama Hazel naik Vespa Sprint, Anggara sama Sakala naik Scoopy, jadi Gio sama Juna harus naik motor gedenya itu. Soalnya Naufal lagi keluar nyari kebutuhannya untuk besok.

"GIMANEEE BAWA 2 PAKET PAKE MOTOR ELUUUUU???" Omel Gio pas Juna udah ngeluarin motornya.

"Ya Abang pangku lah dua-duanya." Jawab Juna sambim cengengesan. Menurut dia ini gak perlu diambil pusing sedangkan Gio pusing banget.

"Lu gilee" omel Gio lagi.

Yang lainnya ketawa aja. ada yang sudah duduk di atas motor ada yang masih siap-siap.

"Kalian antar ke Pak Udin sama Pak Basri aja yang dekat. Jadi gak usah kelamaan mangku paketnya." Kata Sakala ke Gio dan Juna.

"Nah tuhh, naik dah dulu. Satunya ntar gue angkatin." Kata Juna ke Gio.

Masih sambil ngedumel, Gio naik ke motor itu sambil bawa satu paket. Kemudian pas udah duduk dengan nyaman (yang dipaksa) Juna angkat satu paket lagi untuk dipangku Gio.

"Gue berasa lagi duduk di podium." Kata Gio pas dia ngerasa tinggi banget duduk di motornya Juna.

Juna ketawa aja, dia mah haha hihi doang.

"Cewek lu gak pernah protes apa, Jun?" Tanya Gio sambil nunggu yang lain siap.

"Sering. Makanya lebih sering jalan pakai motornya." Jawab Juna.

"Mending lu jual ini beli yang lebih manusiawi."

"Iya, rencana mau gue jual sih. Tapi harus dengan persetujuan Pak Raden dulu. Soalnya ini dia yang beliin."

"Mahal dah ini kayaknya. Berapa lu beli dulu?" Tanya Gio lagi. Penasaran ternyata dia.

"Di atas seratus lah pokoknya."

"Anjay, mending beli Brio, Jun."

"Dulu waktu gue sekolah, kalau mau pakai mobil bisa pakai punya Mas Rama atau punya Ayah. Jadi gak pengen mobil, Bang."

"Iya juga sih. Gue sama Yulio aja mobilnya satu doang. Ganti-gantian kalau mau pakai." Kata Gio sambil memandangi langit sore.

"Bang Dani sama Devan dikasih satu-satu mobilnya, Bang?" Tanya Juna.

"Iye, yang gak punya cuma Yulio aja. Lagian dia kebanyakan di udara, di rumah juga ada punya Mama. Dia gak ribet sih anaknya."

Juna geleng-geleng kepala, "memang sultan. Pantes lo tinggal di kompleknya Bang Tristan ye, Bang."

"Kaga juga ah, lebay lu." Kilah Gio.

"BURUANNNN, PEGEL INI GUE MANGKUNYA." teriak Gio ke temen-temennya yang lain karena masih belum siap juga.

***

2.0 HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang