Gak pernah ada yang benar-benar siap dengan sebuah perpisahan. Begitu juga Nona yang sudah menyiapkan perpisahan ini sebulan dua bulan sebelumnya. Perpisahan ya tetap aja menyakitkan sesiap apapun kamu.
Kalau ada yang tanya gimana keadaan Nona sekarang. Dia hancur banget. Nona masih di Jakarta. Masih di sekitar Adimas. Masih di kos itu. Cuma dia pindah kamar. Tadinya dia mau pindah kos, tapi keadaannya sudah gak memungkinkan. Dia terlalu linglung.
Nona liat waktu Adimas datang ke kosannya, nanya ke Mbak Ifa yang saat itu ada di luar kemana Nona pergi. Dia liat Adimas masuk ke kamar Nona dan kaget udah gak ada barang apapun di sana. Karena nyatanya emang Nona cuma pindah ke kamar depan. Nona juga nyaksikn Adimas yang bolak balik nelfon Nona di atas vespanya tapi nomornya gak aktif.
Nona liat semua itu.
Nona gimana? Ya hancur banget. Dia cuma bisa nangis sambil meluk lututnya di samping jendela. Berusaha meredam suaranya biar Adimas gak dengar.
Nona menyiapkan banyak hal untuk ini. Surat-surat dan kado untuk ulang tahun Adimas kemarin. Perpindahannya ini. Nomor baru untuk HPnya. Akun sosial media baru yang masih kosong. Semuanya.
Mbak Ifa sampai sedih banget liat keadaan cewek itu. Hampir gak pernah sahur, buka juga seadanya.
Memangnya mudah menyiapkan segala perpisahan ini sendirian dengan perasaan yang masih solid?
Kalau ditanya siapa yang paling hancur, tentu saja Nona.
Makanya sudah hampir 10 hari Nona gak karuan begini, Mbak Ifa gak bisa membiarkan Nona hancur di dalam kamar. Jadi dia ajak Nona pergi sebentar.
"Sa, buka bareng aku di luar mau gaa?" Tanya Mbak Ifa setelah ngetuk pintu kamar Nona dan membukanya.
"Aku males keluar, Mbak." Jawab Nona yang lagi nonton drama di laptopnya.
"Keluar lah sekali-kali, Sa. Ini udah mau 10 hari kamu belum ada kemana-mana. Ayo liat dunia dulu. Jangan di kamar terus." Kata Mbak Ifa lagi.
Nona diam aja masih belum menjawab apapun.
"Jangan hukum dirimu kelamaan. Ayo hibur diri sebentar. Ntar banyak orang kok. Temen-temen aku jaman jadi volunteer dulu."
"Kemana sih emangnya, Mbak?"
"Ke rumah makan A aja kok. Ntar malamnya kita jalan-jalan dulu kalau gak mau pulang."
"Tapi emang gak papa, Mbak?" Tanya Nona ragu.
"Lah kenapa emangnya? Temen-temen akuu??"
Nona ngangguk
"Gak papa. Mereka orang baik semua. Pokoknya jam 5 aku gedor pintumu ya." Kata Mbak Ifa kemudian dia keluar kamar.
Setelahnya Nona kembali hadap ke laptopnya tapi buka HP. Iseng liat sosial medianya Adimas. Gak ada sih update apa-apa selain yang dia bilang 'kalo lo baca ini, plis temuin gue' yang sudah dia post beberapa hari lalu.
Tapi tweet-tweet Adimas isinya marah-marah doang. Rasanya kayak sedih banget bacanya. Soalnya Adimas gak begitu.
Nona tutup lagi HPnya dan lanjut nonton.
***
Jam 5 lewat 7 Nona dan Mbak Ifa pergi ke lokasi bukber. Dipikir-pikir bener sih, kalo di kamar aja Nona beneran bisa stress sendiri. Jadi apa salahnya keluar sebentar.
Sesampainya di tempat bukber ada banyak banget orang. Ternyata karena mereka boleh bawa 1 temen lagi di acara ini. Ini acara gratis, disponsori oleh salah satu volunteer yang emang sultannya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
2.0 HOME
Fiksi PenggemarTiga Puluh Hari part 2 atau yang sekarang diberi nama 'HOME' akan menjadi cerita bersambung milik lokalantheboyz yang kedua. Kali ini masih akan sama, masih menceritakan keseharian mereka. Namun akan sedikit berbeda karena akan ada penambahan variab...