6. sebuah takdir

343 60 18
                                    

Walau Sergio abraham adalah sosok yang menyebalkan buat teman-temannya. Tapi sebenarnya dia yang paling takut melanggar aturan. Jaman sekolah sampai kuliah Sergio gak pernah gak masuk kalau bukan karena sakit atau ada keperluan keluarga.

Makanya sebenernya Gio ini orangnya gak asik untuk spesies manusia kayak Adimas, Anggara Yoga ataupun Tristan. Gak seru diajak bikin kenakalan.

Tapi kepribadian ini yang akhirnya membentuk Gio jadi orang yang bertanggung jawab dan bekerja keras. Contohnya aja setiap kali mau ujian Gio selalu jadi orang yang paling sibuk dan stress. Karena dia akan berusaha semampunya untuk melakukan yang terbaik. Jadi kalau emang hasil akhirnya gak bagus, dia gak perlu menyesal apalagi nyalahin orang.

Begitu juga dalam hal percintaan. Gio emang gak punya banyak mantan, tapi bisa dipastikan semua mantannya adalah orang yang berarti untuk Gio. Dia gak akan memutuskan untuk pacaran sama cewek, kalau belum benar-benar yakin.

Jadi, hubungan dia dengan Gadis tentu saja serius. Gio gak cuma mau senang-senang aja sama cewek ini yang mana sudah tersertifikasi kuat menghadapi Gio. Untuk melangkah lebih jauh lagi sudah terpikirkan.

Tapi BUKAN SEKARANG PAK. Masalahnya Gio belum berpenghasilan. Ya ada sih, tapi gak seberapa. Namanya juga internship.

Tapi barusan Gadis tiba-tiba angkat topik serius ini di antara mereka.

"Kak, lo bakal nikahin gue gak sih?" Tanya Gadis yang lagi duduk di samping Gio dalam mobil.

Gio lumayan shock denger pertanyaan itu tentu saja.

"Apaan ini tiba-tiba bahas nikah?"

"Nggak papa sih, cuma kalo emang gak ada niat serius, gue mau cari yang lain." Jawab Gadis.

Gio ketawa banget, "segampang itu?"

"Nggak lah! Makanya kalo ada jawabannya sekarang kan gue bisa siap-siap. Tentu aja gue bakal drama banget abis putusan. Yakali gampang."

"Lo udah siap mentally? Hidup berdua sama orang yang lo gak pernah liat dia bangun tidur gimana, dealing with me all day long, belum lagi kalau nanti punya anak, jadi Ibu dan istri. Married is not always about a good thing, Dis."

"I know, tapi buat gue menikah itu tentang keinginan gue hidup bersama yang terkasih."

"Terus, lo yakin sama gue?"

Gadis mengangguk yakin, "yakin."

"Tunggu sampai gue bisa settle down. Gue gak mungkin bawa anak orang ke kehidupan gue kalau gue belum bisa ngurus diri gue sendiri." Kata Gio.

Gadis langsung noleh, jujur dia ngomong gini gak serius-serius banget. Dia cuma mau tau Gio responnya bakal gimana. Ternyata diseriusin sama dia.

"Lo kebelet nikah?" Tanya Gio.

"Engga KAK!!," Gadis ketawa, "yakali, gue mah belum siap sekarang."

"Habis belakangan lo ngomongin ini mulu."

"Iya, kepikiran aja. Soalnya gue gak mau buang-buang waktu. Gue harus merencanakan apa yang mau gue lakuin di hidup ini."

"Nice" sahut Gio.

"IH APAAN SIH KOK NICE DOANG!!"

Gio makin ketawa, "gue gak tau harus jawab apa."

"Dihh.."

***

Di jam 15.14 Naufal baru sempat makan siang. Padahal tadi pagi cuma sarapan susu pisang dari Mujigae. Bukan karena dia malas juga sih, tapi karena kerjaan di kantornya.

2.0 HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang