19. rencana dan realisasi

246 45 15
                                    

Sekarang Hazel sudah terbiasa kerja sambil kuliah. Padahal dulu liat Naufal begitu rasanya kayak gak mungkin banget orang mageran dan agak anti sosial kayak dia bisa melakukan itu. Membayangkan melakukan banyak hal seharian aja udah capek banget rasanya.

Tapi nyatanya sekarang Hazel bisa menghandle semua itu.

Hazel bakal masuk kerja selang seling. Senin, Rabu, Jumat, Minggu, Selasa, Kamis dst. Maka daripada itu, waktu penyusunan KRS kemarin, Hazel ngambil jadwal kuliah yang bisa nyesuaiin sama jadwal kerjanya. Lagian jadwal kuliah Hazel nggak begitu banyak kayak sebelumnya. Dia cuma ambil 20 sks aja sekalian mata kuliah yang sempat ketinggalan kemarin. Bahkan setelah cuti itu Hazel cuma bisa ambil 18 aja.

Hazel santai aja sih, soalnya lulus bukan prioritas dia. Yang penting sekarang hidupnya bisa stabil aja.

Dan yang bikin senang adalah, sekarang Hazel sudah jadi senior di cafe itu. Pegawai lama yang sisa cuma dia sama Mentari. Gak tau kenapa pokoknya seneng aja jadi senior yang dihormati sama teman-temannya yang baru.

Hari ini Hazel masuk di hari Rabu. Karena ini bulan puasa, jadi shiftnya cuma 1 aja. Dari jam 2 sampai jam 10 malam. Dan kebetulan hari ini dia dan Mentari dapat 1 hari yang sama, soalnya kemarin Mentari habis gantiin shift Nayla yang minta tukeran hari.

"Kak, hari Sabtu free gak?" Tanya Mentari sambil set up peralatan untuk cafe.

"Kenapa?" Si Hazel tanya balik

"Mau gue ajak buka bareng."

"Buka bareng dimana?"

"Gue lupa nama tempatnya. Itu acara jurusan gue gitu. Cuma boleh bawa temen. Kalo mau ayo temenin gue. Biar gue bisa cepet pulang." Kata Mentari lagi.

Hazel terkekeh, "kenapa lo dateng kalo gak nyaman?"

"Gak papa sih, pengen aja ketemu mereka. Tapi gak mau lama-lama." Kata Mentari sambil manyun-manyun, "ntar kita tukeran shift deh."

"Boleh sih, gue gak pernah bukber di luar." Kata Hazel dengan sisa tawanya.

"Seriusan?" Mentari noleh sambil kaget. Jujur dia gak berharap banyak si Hazel nerima ajakannya. Tapi ternyata mau juga dia.

"Iya. Gak ada kuliah juga gue hari Sabtu."

"Beh, mantab banget. Tapi ntar di sana banyak orang sih Kak yang jelas. Tapi gak papa, lo nempelin gue aja kalo gak mau membaur."

"Gue gak ansos loh, Tar." Kata Hazel sambil nyusun gelas.

Mentari ketawa gede banget, "gue gak bilang lo ansos, Kak."

***

Kembali di segmen Juna dan Meidy. Hubungan mereka ini sebenarnya bisa digambarkan dengan seorang wanita dewasa kepincut brondong mempesona yang disukai banyak cewek.

Berat. Yang cewek gak mau orang-orang tau mereka berhubungan karena males dengerin kabar simpang siur yang jadi gosip, sementara yang cowok pede banget dengan dirinya bahwa kenapa sih harus ditutupin. Gak usah denger kata orang.

Tapi karena kemarin Juna udah ditusuk langsung di spot lembut di hatinya, maka Juna sudah bertekad akan memperbaiki dirinya di bagian itu. Alias koleksi nomor WhatsApp cewek kayak dulu.

Jadi, karena kemarin Juna dibawa ke rumah Meidy. Maka hari ini gantian Juna bawa Meidy buka bareng sama Mas Rama, Teh Syifa dan Arlin. Tentu aja Arlin belum puasa.

Tapi sebelumnya sudah tau kok kalau mereka bakal buka bareng. Jadi si Meidy sudah siap-siap ketemu Rama, teman satu kuliahnya yang sekarang bakal jadi kakak iparnya.

Jadi sore itu Meidy cantik banget dengan balutan blouse putih dan jins fit body warna biru muda. Tadinya mau pakai rok, tapi Juna bawa motor. Jadi dia ganti deh pakai jins.

Mobilnya udah dibawa pulang yang punya.

Jam setengah 5 Juna dan Meidy sudah berangkat dari kosan si cewek. Menikmati sore yang hari itu lagi adem banget walau di tengah kemacetan ibu kota.

Dengan kondisi motor Juna yang tidak goncengan friendly maka Meidy 'dipaksa' untuk duduk mepet ke Juna biar pinggangnya gak sakit. Apalagi si cowok ini kalo bawa motor gak selo.

"Jun, kamu gak minat ganti motor jadi Scoopy aja gitu? Atau apa kek yang gak tinggi gini?" Tanya Meidy di tengah jalan sambil agak teriak karena suaranya kebawa angin.

Juna ketawa dengernya, "kenapa? Pegel ya?"

"Iya, lumayan."

Juna narik tangan Meidy ke perutnya, "peluk aja gak papa. Jangan tarik baju aku. Ntar molor."

Aduh, gak karuan banget hati kakak satu ini.

"Berat ih." Kata Meidy.

"Engga kok, udah lemesin aja. Jangan ditahan. Ntar pegel-pegel." Kata Juna lagi.

Jadilah sore itu akhirnya Meidy meluk Juna sepanjang jalan soalnya beneran pinggangnya udah pegel banget.

PUASA MASYAALLAH

Setelah 20 menitan akhirnya mereka sampai di cafe yang sudah jadi tempat janjian mereka. Ini Rama milihnya agak lama soalnya dia nyari yang nyaman kalau bawa anak kecil.

Jadilah mereka ke Gyukaku makan all you can eat.

Sesampainya di sana, Rama dan keluarganya sudah duduk di mejanya. Juna dengan percaya diri gandeng Meidy masuk.

"Ckckck, bukan mahromnya." Kata Rama begitu Juna dan Meidy dateng.

Juna cuma cengar-cengir aja.

"Sipaaa, apa kabar?" Si Meidy nyapa Mama Arlin sambil cipika cipiki. Sementara Juna langsung ambil alih ponakannya yang duduk di kursi bayi.

"Baik, Meiiii. Lama banget gak ketemu ya." Jawab Mama Arlin.

"Iya nih, sekali ketemu langsung jadi adik ipar gue." Kata Rama sambil saliman sama Meidy.

"Ah, belum apa-apa, Ram." Kata Meidy. Rama sama istrinya ketawa banget.

"Kok bisa sihhhhh, gue gak habis pikir." Kata Rama masih heran.

"Ya kan Mas Rama yang ngasih jalan." Jawab Juna sambil mangku Arlin.

"Kalo lo gak ngenalin juga gak akan jadi, Ram." Kata Meidy.

"Emang udah jodoh, mau gimana." Timpal Teh Syifa.

"Aamiin, ya Dek ya? Aamiin." Kata Juna ke Arlin padahal jawab kata-kata Mamanya.

"Tapi dia gak brengsek kan ya, Mei? Dia ini banyak temen ceweknya. Tapi bukan karena gak bisa kesepian, dia yang gak bisa nolak cewek." Kata Rama lagi.

"Engga kok, dia baik. Ya emang sih, WhatsApp nya kayak asrama cewek." Jawab Meidy.

Juna ketawa, "Mas Rama tau kan siapa Ayah kita?"

"Pak Raden," jawab Rama.

Percakapan mereka seru banget. Bahas masalah jaman kuliah dulu. Jaman mereka masih di organisasi. Bahkan Rama sama Syifa kenal juga gara-gara dikenalin sama Meidy. Jadi sebenarnya mereka saling memberi jalan sih. Rama kayak balas budi aja.

Rama juga ceritain kerjaan dia sekarang. Rencananya mau kuliah lagi biar upgrade titelnya. Ceritain juga gimana rasanya punya anak. Gimana Rama jadi bapak super protektif kayak yang dibayangkan Meidy dulu.

Pelan-pelan Juna juga ngenalin Meidy ke dunianya walau sebenarnya ini adalah orang-orang yang gak asing untuk Meidy. Tapi setidaknya Juna nunjukin kalau dia serius. Dia berharap Meidy bisa percaya itu.

Tapi Juna ngerasain perbedaan yang cukup banyak sih pas pacaran sama Meidy. Meidy jarang banget emosi. Dia sangat pintar mengelola emosinya. Jadi Juna selalu merasa dia diasuh sama si Meidy ini. Yang tadinya dia selalu jadi si alpha di hubungannya, kali ini dia bisa lebih manja. Karena sebenarnya dia memang cukuo manja. Karena jadi adek tunggalnya seorang Pramadani Putra Adiyasa selama 5 tahun dengan jarak 3 tahun itu sangat kerasa betapa indahnya jadi adik.

Juna merasakan sensasi baru ini dan dia suka.

2.0 HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang