23. Kita dan mereka

230 42 18
                                    

Di umur segini memang isi cerita orang-orang ya seputar cinta, kerjaan dan keluarga. Walau orang yang gak mau berurusan sama cinta-cintaan dulu kayak Naufal ini, tetap aja dia akan bertemu dengan seseorang yang lebih spesial dari teman.

Setidaknya begitu yang dipercaya oleh teman-temannya terkhusus geng #98z. Padahal si Naufal beneran gak ada suka dan dekat sama siapa-siapa. Termasuk si Jessica Jessica itu. Yaudah temen aja, soalnya siapa yang ga suka sama temenan sama Naufal. Dia solid banget. Slogannya Naufal kan temen nomor 1.

Apalagi sekarang mereka udah kerja di tempat bimbel bareng. Jadi banyak yang dibahas bareng.

Kayak sekarang ini. Naufal mau jalan aja yang ngecengin serumahan.

"Widihhh, harum bener nih mau kemana ya bos?" Tanya Juna ribut.

"Mau pergi dari lo." Jawab Naufal sambil pakai jaket dan kaos kaki.

"Jangan digodain sih, Jun. Biarkan si Surti punya pemilik untuk bagian belakangnya." Timpal Kevin sambil haha hihi. Surti itu motor Honda Beat hitamnya Naufal.

"Sabar ya, Pal. Lu punya temen gak bisa lihat yang lagi kasmaran." Kata Anggara.

"Siapa yang kasmaran sih. Lu pada ribet aje. Urusin pacar masing-masing noh. Pada punya pacar tapi nyusahinnya tetep ke gue." Jawab Naufal setelah selesai pakai separu kets-nya.

Jeje yang ada di situ ketawa banget dengernya.

"Gue pergi dulu." Pamit Naufal.

"Hati-hati, Fal." Jawab Jeje.

"Selamat menunaikan ibadah pendekatan ya!" Teriak Juna lagi.

Padahal hari ini Naufal ada jadwal ngajar di tempat bimbel itu. Ya walau memang setelah ngajar ada janji sama Jessica sih.

Tapi pokoknya ngecengin Naufal adalah sebuah kebahagiaan.

***

Di siang hari yang lumayan bikin spaneng gara-gara panas itu akhirnya sebagian penghuni kos memilih untuk belanja sisa sembako yang mau dibeli.

Ada Tristan, Gio, Sakala dan Adimas. Sebenernya Adimas males ikut tapi kalo di rumah aja galaunya gak berhenti-berhenti. Jadi dia mending ikut aja.

Rencananya hari itu mereka mau beli susu cair, permen, sirup, gula, egg rolls, sama teh botol. Jadi dari kos udah pakai mobilnya Gio biar muat.

Ternyata setelah keambil semua banyak juga barangnya.

"Ini beneran buat 10 paket? Bukan buat 1000 paket?" Tanya Adimas melihat 2 troli besar penuh dengan barang.

"Ini muat emangnya di mobil?" Tanya Sakala.

Gio juga geleng-geleng karena dia gak yakin.

"Kalo gak muat pesen Grab aja." Sahut Tristan.

Bentuk wujud nyata fokus pada solusi, bukan pda masalah. Tapi versi sultan.

"Hhh, gue capek banget." Keluh Adimas sambil duduk di ujung troli yang sisa dikit banget.

"Iya duduk aja, cil. Gue liat-liat belakangan lo loyo banget." Sahut Gio.

"Lagi patah hati." Kata Sakala ke Gio dan Tristan.

"Sabar, nanti juga dapat gantimya, Dim." Kata Tristan sambil menepuk-nepuk kepala Adimas.

"Masalahnya udah 7 tahun, Bang. Kosong banget." Jawab Adimas.

"Tapi lo keliatan gak segalau putusan setelah 7 tahun, Dim?" Tanya Sakala.

"Soalnya gue ini linglung, Bang. Kemarin gue lagi di fase denial. Gue gak mau keliatan gak baik-baik aja. Tapi sekarang gue lagi gak tau harus bereaksi gimana."

"Lo kebanyakan nangis, Dim." Kata Tristan.

"Demi Allah gue belum ada nangis sedikitpun." Sahut Adimas sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.

Gio, Sakala dan Tristan ketawa.

"Habis ini lo nangis deh biar lega." Kata Gio sambil menepuk pundak Adimas kemudian mendorong troli yang dia pegang.

"Sabar ya, lo pasti bisa melewati ini." Kata Sakala ke Adimas kemudian mendorong troli yang diduduki Adimas tadi.

"Kalo Abang jadi gue, Abang bakal bereaksi gimana?" Tanya Adimas ke Sakala tanpa berdiri dari troli.

"Kalo menurut gue masih bisa diperjuangkan, gue perjuangkan." Jawab Sakala.

Adimas mengangguk aja. Mencoba kembali berdiskusi dengan dirinya sendiri. Apa yang harus dia lakukan.



Ternyta setelah selesai bayar dan sekarang proses memasukkan barang, mobil Gio hampir gak cukup. Di belakang penuh sama susu, egg rolls sama teh botol. Karena perpaket isinya 12 botol teh itu.

Jadilah di tengah Tristan sama Adimas duduk bersandingan dengan gula dan sirup. Kaki mereka sampai naik ke kursi.

Setelah selesai dengan keribetan belanja, akhirnya mereka bisa pulang dengan tenang.

"Ada kecelakaan di depan polres" kata Sakala sambil liatin HP nya yang lagi buka IG.

"Lagi?" Tanya Gio kaget, "tadi pagi di depan Superindo, Bang. Meninggal di tempat."

"Meninggal gak korbannya, Bang?" Tanya Tristan.

"Yang satu meninggal dunia di tempat. Yang satu hidup tapi matanya keluar." Jawab Sakala.

Di belakang Adimas sama Tristan mengrenyit ngeri. Membayangkannya aja gak sanggup mereka.

"Innalillahi.."

"Sering banget dah kecelakaan belakangan ini. Hari ini aja gue denger berita kecelakaan udah 3. Kayak makan aja 3 kali sehari." Kata Gio.

"Hati-hati di jalan kalian yang bawa motor. Yang naik mobil aja bisa meninggal." Ujar Tristan dari bangku belakang.

"Yang penting ibadahnya jangan bolong. Kalo udah meninggoy tapi habis ninggalin ibadah kan jaminannya neraka." Sahut Sakala masih sambil buka HP.

"Sesi tausiah dimulai." Gumam Adimas dari belakang sambil meluk kardus sirup.

Tristan sama Gio ketawa.

***

2.0 HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang