Shafa masih ingat betul bagaimana situasi mendadak jadi ricuh ketika Malvin tiba-tiba saja menjemputnya hingga ke kelas untuk pergi ke ruang klub olimpiade bersamanya. Alasan singkat itu menjadi beban pikiran Shafa hingga sang gadis tak bisa fokus dengan penjelasan yang tengah di paparkan oleh Bu Rara.
Melihat gerakan gusar dari Shafa, Malvin melirik dan menyenggol pelan lengan gadis itu. Alisnya terangkat dengan sorot penuh tanya. Namun ketika hendak membuka suara, Bu Rara membalikkan badannya seraya menutup spidol miliknya.
"Sampai sini ada yang ingin di tanyakan?" tanya wanita yang telah memasuki kepala tiga itu.
Shafa mengambil buku paket miliknya dengan cepat, pergerakannya terlihat jelas oleh Bu Rara hingga wanita itu memilih duduk di bangkunya. "Kurang lebihnya kalian baca lagi aja di buku, ya? Setelah ini coba kerjakan soal yang ada di buku bimbingan. Ibu ada urusan sebentar, setelah satu jam Ibu nanti ke sini lagi, oke?"
"Siap, Bu!" jawab Malvin dengan semangat.
Kepergian Bu Rara membuat remaja itu menggeser kursi miliknya agar lebih dekat dengan Shafa. "Lo kenapa? Tadi gak fokus banget?" tanyanya yang langsung mendapatkan tatapan heran dari Shafa.
Dia beneran gak peka apa gimana, sih? Ngeselin banget! Batin gadis itu, kemudian memalingkan wajahnya.
"Besok-besok jangan nyusul gue ke kelas gitu, Vin. Gue malu karena jadi bahan omongan."
Tanpa dapat Shafa duga, remaja itu justru terkekeh pelan hingga akhirnya tawanya pecah begitu saja. "Emang kenapa? Toh, yang mereka omongin bukan hal buruk, kan?"
Kepala Shafa menunduk semakin dalam, membuat Malvin jadi merasa tak enak hati. Sepertinya, sikapnya sudah membuat Shafa menjadi risih. Remaja itu menggeser kursi miliknya menjauh, lantas mulai membuka buku bimbingan dengan sesekali melirik.
"Maaf," ucapnya spontan. Helaan napas terdengar dari bibir sang gadis.
"Iya, lain kali jangan di ulangi."
Mengerjakan soal masing-masing, keduanya kini di selimuti atmosfer keheningan yang panjang. Tak ada yang buka suara. Bahkan Malvin yang hendak bertanya mengenai rumus skala mendadak merasa canggung karena teguran kecil dari Shafa.
Hingga akhirnya, suara notifikasi yang masuk membuat Malvin menoleh pada sang gadis. Shafa mengeluarkan ponselnya, membaca pesan yang masuk dari Nada.
| Nanti malem lo berangkat sama siapa, Fa?
Kening Shafa mengkerut bingung, agak lama jarinya bergerak hendak mengirimkan sebuah balasan.
Pergi ke mana? |
Status online pada ruang chatnya membuktikan bahwa Nada masih berada di satu aplikasi yang sama. Namun entah karena apa, gadis itu lama sekali membalas pesan yang baru saja Shafa kirimkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancarona
Teen Fiction[ Selesai ] "Lo itu cantik, dengan warna lo sendiri. Standar dunia itu tinggi, Shafa. Lo gak harus terlihat seperti mereka." Shafa, gadis yang terobsesi mengubah penampilannya agar mencapai standar gadis ideal, bertemu dengan teman satu klub olimpia...