[P] Jadi Partner Raily

12 4 3
                                    

Hari Minggu warung tutup. Siang sampai sore aku sibuk bantu nyelesain kerjaan rumah. Pas senggang aku buka akun Wattpad Raily, baca ceritanya. Aku gak biasa baca tulisan yang banyak banget gini, tapi bisain karna ini cerita yang dibuat sama Raily.

Selama ini aku cuma baca komik, itupun jarang. Agak susah bayangin adegan-adegan pas baca tulisan gini. Belum kebiasa. Tulisannya banyak banget, nggak diselipin gambar kayak cerita dongeng yang kubaca waktu itu. Kelamaan baca yang begini bikin sakit kepala.

Masalahnya ada pada diriku. Cerita buatan Raily benar-benar bagus dan menarik. Dari bagian pertama udah bikin penasaran, pengen lanjut ke bagian selanjutnya. Sejauh ini aku baru baca tiga bagian, maksa karna ceritanya bikin nagih.

Di akhir bagian ketiga aku langsung tekan tombol kembali sebelum tergoda buat scroll ke bagian selanjutnya. Cerita yang kubaca ini bergenre fantasi. Genre yang lumayan berat buat pembaca pemula sepertiku. Untunglah Raily menyusunnya dengan kata-kata yang mudah dipahami jadi kepalaku gak terlalu sakit.

Aku rebahan, masih pegang ponsel. Pikiranku tiba-tiba kosong. Bayang-bayang masa lalu datang menghantui tanpa permisi. Rasanya nyata banget. Kejadian itu kayak terulang lagi. Gejolak amarah, adrenalin yang memuncak, juga rasa sakit. Semuanya terasa nyata.

Kejadian itu memang nyata. Nyata tapi sudah berlalu. Gak akan terulang selama aku menjauh dari orang-orang itu. Aku bisa menjalani hidup damai kayak remaja kebanyakan. Aku bisa naksir seseorang. Aku bisa deketin orang itu.

Kepalaku masih terasa berat tapi rasa sakitnya udah reda. Kunyalain ponsel lagi, buka galeri. Adem banget liatin hasil foto kemarin pagi. Raily bener, pemandangan di jalan itu bagus banget.

Waktu itu Raily menolak difoto. Katanya dia gak nyaman pasang gaya buat foto sendiri. Gak kugoda karena dia keliatan beneran gak nyaman. Tapi diam-diam kufoto, cuma dua kali.

Di salah satu foto itu aku pura-pura foto pemandangan di depan, padahal masang kamera depan. Pas banget fokus Raily tertuju pada mobil yang lewat di samping jadinya dia gak sadar. Yang kedua, waktu dia jalan duluan. Aku ngambil foto itu dari belakang.

Kuperhatikan foto kedua itu lamat-lamat. Punggungnya gak keliatan rapuh. Bahunya keliatan lebih ringan dari biasa. Kayak baru aja ngelepasin beban berat. Aku masih kebayang-bayang mimpi yang waktu itu. Udah makin samar, sih. Cuma bagian akhir yang masih jelas.

Kami udah makin dekat, tapi jarak di antara kami masih jauh. Lebih jauh kalau lagi di sekolah. Dia selalu bareng temen-temennya. Susah cari kesempatan deketin dia. Palingan dia sendiri pas jam istirahat kedua. Itu juga gak setiap hari.

Diingat-ingat sejak ada jurusan mulmed, mading sekolah jadi keurus, sama forum sekolah jadi rame. Raily adalah salah satu yang aktif berkontribusi. Dia pernah bilang, kadang dia diam-diam masang flash fiction-cerita yang singkat banget-di mading tanpa menulis identitas penulis. Kayaknya gak ada yang tahu kalau yang nulis itu Raily selain aku.

Seksi fotografi masih kosong posisinya. Gak ada yang minat fotografi di kelas. Foto-foto yang dipake di papan pengumuman sama yang di-upload di forum itu hasil jepretan asal-asalan dari anak kelas. Atau yang ngurus itu minta fotonya sama guru.

Aku tertarik ngambil posisi itu. Kan bisa pakai kamera yang disediain sekolah.

Kalau aku ambil posisi itu, otomatis aku bakal jadi murid yang aktif kayak Raily. Kayaknya dengan begitu aku bisa lebih sering berinteraksi dengan Raily. Banyak interaksi bikin dua individu makin dekat.

Oke, keputusanku udah bulat.

Jariku bergerak membuka ruang chat Raily di WA.

You
Rai, seksi fotografi di sekolah masih kosong kan?

My One of a Kind Crush [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang