[P] Peter Bucin

39 8 63
                                    

Habis nugas bareng kemarin, aku jadi lebih percaya diri buat deketin Raily. Sebelumnya masih ragu-ragu karna takut dia ilfeel. Raily bukan tipe cewek yang bakal langsung meleleh kalau dideketin cowok. Dia itu kayak tipe cewek yang ahli nge-friendzone.

Ya, aku memang masih ada di zona temannya dia! Tapi lihat saja, aku akan pindah ke zona yang lebih dekat lagi dengannya.

"Woy, Pet. Pet Bucin, woy."

"Dih, apasih. Berisik." Aku melirik sinis temen sekelas yang akhlaknya mines itu. Ganggu waktu orang melamun aja.

Dia keliatan sama sebalnya denganku. "Tuh," ujarnya sambil nunjuk ke luar pintu kelas, "anak-anak jurusan sebelah lagi nyariin."

Beneran, mereka rame banget di depan kelas. Sempet-sempetnya juga godain cewek-cewek kelas sini yang baru balik dari kantin.

Aku menggerutu terus nopang dagu males. "Anak-anak setan itu belom nyerah juga."

"Woi, Pet! Bolos yuk!" teriak salah satu dari mereka yang berani-beraninya ngintip ke dalam. Pengen kucolok matanya.

Mereka itu memang jelmaan setan. Gak pernah nyerah ngehasut, padahal udah kutolak beribu-ribu kali.

Seraya berdiri aku bilang ke temen sekelas, "Nggak usah ladenin. Anggap mereka gaada."

Temen sekelasku satu ini cowok tapi pengecut.. Namanya Yoni. Pas kulewatin gitu aja, jadinya dia langsung gelisah, narik-narik lengan seragamku sampai kusut parah. "Bicara sama mereka, gih. Nanti kalo mereka nerobos masuk gimana ...."

"Tinggal diusir." Aku beranjak dari situ bermaksud nyamperin Raily yang tiba-tiba manggil pake isyarat. Pas banget timing-nya. "Kenapa Rai?" tanyaku dengan nada seramah mungkin.

Raily berdiri. "Temen-temenku pada ada urusan nanti, jadinya mereka mau pulang cepet padahal hari ini aku tugas piket."

Aku bergumam mengiyakan, melirik barang sebentar ke arah pintu. Anak-anak setan itu rupanya langsung nyerah pas liat aku nyamperin Raily.

"Pet? Peter?" panggil Raily.

"A-ah, iya. Aku dengerin kok."

"Hmn ...." Raily menatap ragu sejenak baru lanjut, "Nah, jadi gitu kan. Berhubung rumah kita searah, mau pulang bareng nggak? Tapi tunggu aku selesai piket. Aku malas pulang sendiri."

"Mau!" seruku kelewat semangat. Kelas langsung hening. Pandangan penghuni kelas semuanya tertuju pada kami.

Si Yoni yang suka banget ngejek padahal dia itu pengecut langsung teriak, "Huuuu ... bucin! Dasar Pet bucin!"

Kalau kalian ngerti bahasa Inggris, pasti bakal kedengeran salah. Salah banget.

Karena seruanku ditambah Yoni yang ngomporin, aku sama Raily langsung dicie-ciein. Meresahkan. Tapi setidaknya nggak malu sendiri. Raily telinganya agak merah.

***

Pulang sekolah banyak yang buru-buru keluar entah pulang atau pergi nongkrong. Sementara itu, aku masih nunggu Raily piket.

Canggung banget. Sementara mereka nyapu sama beres-beres, aku pura-pura sibuk geser-geser layar ponsel di pojokan kelas. Mau bantuin tapi pasti dikira karena yang piket Raily, padahal kadang aku juga bantuin mereka kalau nggak lagi buru-buru.

Bisa aja aku menghindar dari situasi canggung ini. Nunggu di luar. Cuma kalau di luar, aku bakal ketemu mereka. Kalau begitu lebih baik terjebak dalam kecanggungan ini. Setidaknya suasana hatiku tidak akan memburuk, justru membaik.

Aku sedang berusaha menjalani hidup baru di sini. Hidup baru yang aman dan damai.

"Peter."

Seketika aku meloncat kaget. Ponselku nyaris terlepas dari genggaman, nyaris jatuh ke dalam keranjang sampah kosong. Menoleh pada orang yang memanggil, aku pasti kelihatan panik.

My One of a Kind Crush [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang