[P] Nugas Bareng

41 12 54
                                    

Udah sampai di lokasi, aku nunggu dia di depan kafe. Gak tenang kalau masuk duluan terus duduk sendirian nungguin dia.

Biar keliatan keren dikit aku pikul tali tas sebelah doang. Mukaku emang jauh banget dari artis-artis cakep yang banyak fans cewek, tapi setidaknya aku pengen keliatan keren di mata si doi. Walau aku yakin akhirnya bakal dijadiin bahan bercanda. Dia tipe yang seperti itu.

Gak lama-lama nunggu, Raily akhirnya sampai. "Hai! Sori aku terlambat." Cewek itu bawa-bawa ransel yang selalu dia bawa ke sekolah.

"Gak telat banget kok." Aku membukakan pintu, mempersilakan dia masuk. "Yuk, masuk."

Bukannya langsung masuk dia ketawa dulu. "Gentle banget, ya."

Seketika aku mematung. Yang barusan aku tidak bermaksud apa-apa, sumpah! Yang barusan itu gerakan spontan.

"Hei, Peter. Jangan mengkhayal di pintu," ujarnya terus lewat gitu aja, masuk duluan.

Ngeliatin punggungnya dari sini, aku ngerasa muka udah panas. Langsung aja aku nampar diri sendiri. Biarin dikira aneh sama orang-orang di jalan. Baru aku masuk ngikut Raily yang udah pilih meja sendiri. Dia pilih yang di pojok, yang sekitarnya agak sepi.

Dia udah dihampiri pelayan sebelum aku nyusul. Cowok. Keliatan ada niat ngegoda Raily. Muka-muka buaya. "Selamat datang, Manis. Mau pesan apa?"

Tampak Raily tertegun sebentar terus ketawa pelan. "Tunggu, ya. Temenku malah jadi patung di sana. Aku mau pesen bareng." Cewek itu ngeliat ke arahku, mengibas-ngibaskan tangan, isyarat biar aku cepet ke sana.

Begonya aku malah diem kayak patung liatin mereka. Buru-buru aku nyusul. Sebelum duduk aku sama si pelayan sempet adu tatap, bentar doang gak sampai lima detik.

Setelah aku duduk baru Raily liat-liat menu. "Enaknya nugas ditemenin apa, ya."

Aku. Enaknya ditemenin aku, kan?

Astaga, kumat lagi. Untung dalam hati doang.

Raily tiba-tiba angkat kepala, liatin aku terus nanya, "Mau pesen apa, Pet?"

Damage pas dipanggil "Pet" sama Raily memang beda. Bukan pet bahasa Inggris.

"Ah, aku pesen kopi cappucino aja. Yang dingin, pake es," ujar lalu berusaha menyibukkan diri. Pelan-pelan aku keluarin laptop, buku paket, sama buku catatan.

Pas barang-barangku udah beres diatur, Raily baru selesai mesen. Dia ikut nyiapin barang-barang.

Ngeliat dia keluarin pulpen, aku jadi inget. Aku lupa bawa alat tulis.

Rasanya pengen teriak ngamuk, tapi di depanku ada Raily. Ini juga kafe punya om dia. Aku harus jaga image.

"Ada apaan?" Raily sadar ada yang aneh.

Sambil garuk-garuk belakang kepala aku jawab, "Lupa bawa pulpen hehe."

"Oh." Matanya membulat barang sebentar. Lucu sekali. "Aku cuma bawa satu sih, tapi kita bisa ganti-gantian aja pakenya."

"Iya, ya. Kan tugas ini gak banyak nulis. " Aku ketawa bukan karena lucu, tapi biar gak keliatan aneh senyum-senyum sendiri.

Setelah percakapan itu, kami mulai nugas sambil nunggu minuman datang. Suasananya canggung banget. Dia nggak banyak ngomong kayak waktu sama temen-temennya di sekolah. Mungkin karena fokus nugas. Mungkin juga karena nggak ada topik.

Kalau kuajak ngobrol bisa aja ngeganggu konsentrasinya. Tapi kelamaan diem-dieman gini juga nggak enak. Aku pun memberanikan diri untuk buka mulut.

Belum sempet ngomong, Raily udah nyeletuk, "Aku bosan." Dia meregangkan kedua tangan ke atas. "Ngobrol yuk! Minuman kita belum datang ya." Dia noleh ke arah pelayan tadi pergi. "Nanti sebelum pulang kita pesen cemilan dulu, gimana?"

My One of a Kind Crush [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang