[R] Hubungan Kita?

15 4 19
                                    

Gak ada yang berubah setelah malam itu. Hubungan kami masih sama. Temenan tapi saling suka.

Peter tahu aku belum siap nempelin status 'pacaran' ke hubungan kami. Beberapa kali aku ungkit topik ini. Aku nanya, dia masih suka aku atau nggak habis tahu kebenarannya. Berkali-kali kutanyain dan jawabannya tetep sama.

"Masih."

Aku gak tahu dia ini bucin akut menjurus ke bego atau sungguhan menerima segala kekuranganku. Rasanya aneh banget. Wajarlah, ini pengalaman pertamaku dalam dunia percintaan dan semuanya kerasa gak nyata. Rasanya kayak fiksi.

Mana ada cowok yang tulus menyukai cewek aneh kayak aku. Udah aneh, mentalnya gak stabil.

Pikiranku selalu begitu selama didekati Peter. Sekarang masih mikir gitu, kadang. Gak kayak dulu lagi soalnya sekarang aku tahu. Kami sama-sama rusak.

Kayaknya ada hukum tersendiri yang menggariskan bahwa orang rusak pasti tertarik pada orang rusak yang lain.

"Jangan melamun," tegur Peter seraya menjentikkan jari di depan wajahku.

Aku tersentak kaget, mendongak menatapnya. Wajah Peter dibanjiri keringat. Gak aneh sih, mengingat ini jam praktik penjas.

Peter menjatuhkan bokongnya di atas rerumputan di sampingku. Berteduh di bawah pohon rindang sehabis olahraga memang yang terbaik. Semilir angin siang ini entah kenapa terasa menenangkan. Gak sejuk, justru hangat. Kalau sejuk lebih baik, sih.

"Aku disuruh ikut tanding basket dua bulan depan," ujar Peter tiba-tiba.

Bengong sebentar terus nyahut, "Keren."

Peter mengalihkan pandangan dariku, melipat satu kaki untuk digunakan sebagai topangan. "Beneran?"

"Pfftt—" Tingkahnya kok jadi malu-malu kucing gitu.

"K-kok ketawa?!" Peter menoleh gelagapan. Mukanya yang udah merah karna kebakar matahari tambah merah aja.

Aku membenamkan wajah di antara tubuh dan kedua kaki yang tertekuk, berusaha menahan tawa. Dari jauh pasti kelihatan kayak lagi nangis.

Saat kubilang hubungan kami gak berubah, maksudku statusnya yang gak berubah. Bagiku hubungan kami sekarang jauh lebih manis dari yang sebelumnya. Tanpa ada rahasia-rahasia. Tanpa dihantui masalah Peter yang melarikan diri dari masa lalunya.

Manis ... tapi pahit juga.

Oh, aku lupa bilang kalau Peter juga udah ngaku beberapa hari setelah percakapan penuh haru via telpon malam itu. Aku ikut ngaku juga, dong kalau sebenernya aku tahu. Fakta itu sempat bikin dia syok.

Peter dulunya temenan sama Tian yang manfaatin dia biar menang terus tiap berantem. Waktu itu emosi Peter sangat-sangat gak stabil, jadi tiap berantem dia meledak-ledak. Terus pas lulus SD, Peter mau berhenti gitu karna di sekolah selalu dijauhin temen-temennya. Pokoknya gak ada yang mau deket-deket dia. Takut. Orang tuanya juga gak suka dia berantem-berantem.

Tapi pas udah berhenti, Peter malah gak punya sarana buat luapin emosi pas dibutuhkan. Dia tahan terus. Sayangnya sekeras apa pun dia berusaha, tetep ada waktunya buat dia meledak. Contohnya waktu marahan sama Yoni yang katanya nyebelin banget karna SKSD. Aku setuju sama poin ini, sih.

Aku masih gak begitu paham soal emosi liarnya itu. Agak takut. Tapi selagi cuma temenan, kurasa bakal baik-baik aja.

Nah, ini juga termasuk alasan aku gak mau pacaran sama Peter. Kan kalau udah pacaran pasti bucin, bakal jadi bego. Terus kalo udah bucin, hubungannya pasti naik level lagi.

Naik level.

Di level paling atas nanti pasti lebih menguras emosi. Itu meresahkan.

Perlahan aku mengangkat kepala, natap Peter lagi. "Kayaknya ... hubungan kita gabakal bagus kalau naik level."

My One of a Kind Crush [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang