"Ini nomor WA-ku. Langsung chat, ya. Bilang nama biar langsung kusimpan."
Awalnya aku gak terlalu merhatiin cewek ini. Tapi sekarang dia malah mencuri perhatianku.
"Oke, kau ingat namaku, kan?" Aku bertanya sekadar basa-basi.
Cewek di depanku malah ketawa sambil memegang erat tali ranselnya. "Namamu Peter. Mana mungkin aku lupa."
Aku menyunggingkan senyum miring. "Nama yang simpel tapi berkesan, kan."
"Ya, aku suka nama Peter," ucapnya sambil tersenyum manis.
Sial, aku terpesona. Senyumnya itu manis banget kayak permen kapas. Demi apa.
"Raily!"
"Rai!"
Teman-teman cewek ini memanggilnya sambil melambai-lambai di kejauhan. Sontak cewek yang bernama Raily ini menoleh pada mereka, lalu kembali menoleh padaku. Dia mengangkat tangan, melambai pelan sambil berucap, "Aku duluan, ya."
"Y-ya." Mendadak aku jadi kaku. Mungkin karena barusan dia bilang suka namaku. Atau atau hanya suka nama 'Peter'.
Astaga, Pet! Jangan geer, woy sadar!
Begitu Raily dan kawan-kawannya menghilang dari pandangan, aku langsung menampar diri sendiri. Keras sekali sampai mengagetkan petugas kebersihan lain yang sibuk menyapu dan merapikan kelas.
"Oy, Pet! Buang sampah sana, jangan ngebucin di situ!"
Menoleh padanya, aku langsung kesal. Sembari mengangkat tempat sampah jumbo milik kelas kami, aku menyahut, "Diem. Nyapu yang bener gak usah bacot."
Kalau aku cepat mungkin masih sempat liat Raily sebelum dia turun nyari ojek.
Cepat-cepat aku menuruni tangga, gak pusing sama mereka yang komplain bau busuk. Ya, iya busuk. Masa sampah wangi kayak parfum.
Menapakkan kaki di lantai satu, aku hampir nyambar wali kelas yang lewat gak bilang-bilang. "Pelan-pelan aja bawa sampahnya. Nggak dikejar setan, kan?"
Aku tertawa canggung, kentara dipaksakan. "Iya, Pak." Emang nggak dikejer setan, tapi aku lagi ngejer si doi.
Gara-gara kelamaan basa-basi sama Pak Andrew, Raily keburu pergi. Nanti kapan-kapan aku ajak pulang bareng ... atau tunggu kesempatan aja deh. Ya kali, gak ada angin gak ada ujan ngajak cewek pulang bareng. Mana kami belum deket banget.
"Hei hati-hati!"
Karena mikirin si dia aku hampir nyungsep ke tumpukan sampah. Gini amat ya kalo dapat crush.
***
Sampai di rumah pun aku masih mikirin dia. Ternyata begini rasanya orang bucin.
Oh iya, aku belum chat dia.
Tanganku bergerak meraba-raba atas nakas di samping. Begitu merasakan benda pipih berbentuk persegi, aku langsung menariknya. Ternyata itu remot. Aku salah ambil.
Seraya bangkit duduk aku menggerutu, "Kerjaan siapa naruh remot TV di sini?"
Kuabaikan keberadaan remot itu, beralih menyalakan ponsel terus buka WhatsApp. Kucari-cari kontak Raily. Semoga dia gak nyimpan pake nama aneh-aneh. Tadi aku gak sempat cek karna kegeeran.
Selama menyelam ke bagian bawah baru aku sadar. Kontakku banyak banget buset! Ada dua ratus lebih.
"Ah, ketemu."
Untunglah dia nggak save aneh-aneh, cuma nambahin emot :D di akhir. Jadi nama kontaknya "Raily :D". Baru sekarang aku tahu cewek daerah sini yang ngetiknya pake emot simbol-simbol gitu. Biasa kan pake emot yang bulet-bulet kuning.
KAMU SEDANG MEMBACA
My One of a Kind Crush [✔]
Roman pour AdolescentsCerita tentang Peter dan Raily yang saling menyukai. Peter yang berusaha melarikan diri dari masa lalu dan Raily yang punya obsesi tak wajar terhadap cerita fiksi. Mereka sungguh saling menyukai, tetapi ada saja masalah yang timbul. Sebenarnya merek...