[P] Pengakuan Mereka

10 4 12
                                    

"Kau kenapa, Pet?"

Aku gak noleh. Perasaanku lagi gak mood, nanti tambah parah kalau nanggepin si Yoni.

"Yaelah nih anak." Yoni mendengkus. Dia melirik sisi lain kelas sebentar. "Kalian marahan?"

"Nggak."

Kening Yoni berkerut, bikin dia keliatan kayak orang tua. "Serius, kalian kenapa? Biasa ada aura-aura bucin di sini, tapi hari ini sama sekali gak kerasa."

Nih makhluk mulu yang peka. Kapan Raily peka?

Ini masih pagi. Aku belum bicara sama Raily. Biasanya sebelum guru masuk kami sempet ngobrol dikit. Hari ini nggak. Aku masih kepikiran yang kemarin. Soal hubungan ini yang lagi masa stuck.

"Halah, halah. Pas belum deket ambis banget, bucin banget. Pas udah deket malah gini. Gimana kalau udah jadian nanti? Kau masih suka dia nggak sih?"

Biasanya aku bakal ngamuk terus jawab, "Masih, lah!" Namun, kali ini aku cuma naik-turunin bahu terus ngembusin napas panjang.

Si Yoni malah panik sendiri. "Woi, woi-serius?"

Aku meliriknya sinis. "Apasih? Resek."

"Ish, aku pengen bantu doang sebagai temen yang baik. Cinta emang bikin bingung, gak enak-enak melulu." Yoni memasang senyum miring yang bikin jengkel.

"Jomblo abadi diem," ketusku terus nyandarin kepala di atas meja.

Hari ini juga aku ada kerjaan bareng Raily di lab komputer. Habis itu kami bakal pulang bareng. Mungkin udah saatnya buat bicarain ini sama dia.

***

"Selesai!" seru Raily terus merentangkan tangan. Bagian depan kursi yang didudukinya terangkat sedikit. Habis peregangan dia berdiri, nyamperin aku yang duduk agak jauh. Dia pun menyambar ranselnya di sebelahku. "Yuk, pulang."

Aku hanya bergumam singkat terus ikut berdiri, lalu jalan bareng dia keluar dari lab komputer. Sekolah udah sepi banget, sama sekali gak bikin suasana hatiku membaik. Kuembuskan napas kasar pas nginjak anak tangga terakhir.

Sementara berjalan, Raily menoleh. "Peter kenapa hari ini? Lagi gak mood? Beneran nggak kayak biasanya."

Kupikir dia gak bakal peka. "Ada yang pengen kutanyain, tapi nanti aja. Pas udah di luar area sekolah." Mungkin dia cuma pura-pura gak peka biar kerjaan tadi cepet beres.

"Hmmmn ...." Raily masih menatapku untuk beberapa detik baru kembali fokus ke depan. "Oke," sahutnya pelan kayak lagi bisik.

Pas nyampe di depan jalan raya, udah lewatin gedung praktik, aku yang mulai pembicaraan. "Rai, kamu kok mau deket sama aku?"

"Karena suka aja."

Kali ini aku gak geer. Langkahku jadi pelan terus noleh ke dia. "Suka yang begimana?"

Raily terdiam sebentar balas menatapku. Beberapa detik kemudian, dia balik hadap depan. "Suka Peter."

Memori bulan lalu terputar dalam kepala bikin aku nanya, "Suka nama 'Peter' aja?" Kalau dipikir-pikir, Raily suka banget manggil namaku padahal bisa pake kata ganti.

Raily menggeleng sambil bergumam, "Bukan." Ada jeda sebentar. Dengan kepala sedikit tertunduk dia berkata, "Aku menyukaimu. Soalnya kamu mirip sama Peter ... satu-satunya Peter yang kukenal sebelum kita ketemu."

Karena sering baca-baca ulang chat sama dia, aku jadi ingat. Raily pernah bilang, dongeng favoritnya: Peter Pan. Tapi mana mungkin Peter itu yang dia maksud. Peter yang itu cuma tokoh cerita fiksi dan Raily malah pake kata 'kenal' daripada 'tahu'.

My One of a Kind Crush [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang