[P] Benih Masalah Baru

8 3 8
                                    

Setelah bicara serius dengan Raily kemarin, aku jadi lega. Ternyata kami saling suka.

"Njir, Pet. Kesurupan setan apa kau? Senyum-senyum gitu-oh iya, setan bucin."

Kalian pasti tahu siapa yang bilang begitu dan langsung kutampol. "Kau yang kesurupan. Kesurupan setan banyak bacot."

Yoni bersedekap dengan bibir sengaja dimiringin. "Gak ada makasih gitu? Traktir risoles di kantin atau apa."

Aku mengernyit heran. "Buat?"

Senyum miring muncul di muka Yoni yang sungguh sangat menyebalkan. "Kuliat kalian berdua udah baikan. Aura bucinnya kerasa banget."

"Terus?" Aku memutar bola mata malas.

Dengan percaya dirinya Yoni bilang, "Pasti karna nasehatku kemaren, fufufu. Kau harus berterima kasih, Pet."

"Ogah."

Ocehannya kemarin sedikit membantu, tapi berterima kasih padanya? Ogah. Makhluk satu ini kelewat nyebelin. Aku bahkan gak tahu gimana bisa kami berteman dan berakhir duduk sebelahan.

"Yaelah. Punya temen gini amat-eh, Pet." Tiba-tiba Yoni menyikut lenganku, bikin keinginanku buat nonjok dia naik drastis.

"Apa?!" Aku langsung terdiam pas liat ada seseorang yang berdiri di samping meja. Seketika senyum tersungging pas aku mendongak. "Hai, Rai. Ada apaan?"

Sambil ngemut lolipop, Raily nyodorin dua bungkus Nextar dan sebungkus lolipop Milkita coklat. "Yang waktu itu. Ini kuganti."

Aku cengo. Yoni cengo.

Raily meletakkan tiga item itu di atas meja. Dia memasang tampang galak-yang ujung-ujungnya imut di mataku. "Udah kubeliin, jangan tolak."

Deja vu.

Aku pun nerima pemberian Raily itu. "Oke, deh. Makasih, Raily."

Raily tersentak kayak kesetrum tiba-tiba. "Masama," balasnya terus balik ke tempat duduk dia, bareng temen-temennya di sana.

Sekarang aku gak gelisah soal hubungan kami yang stuck. Kami memang saling suka, tapi kayaknya Raily belum siap pacaran. Dia gak terang-terangan bilang, sih. Belum. Ini baru prasangka.

Kemarin kami udah terang-terangan mengakui perasaan kami pada satu sama lain. Jujur, kupikir kami bakal canggung kayak awal-awal ketemu. Ternyata nggak. Dengan kebucinanku dan sifat Raily yang easy going, semuanya lancar-lancar aja. Bahkan barusan aku lihat dia sedikit tersipu. Lucu.

Ngomong-ngomong soal hubungan dan rasa suka, aku jadi penasaran.

"Yon," panggilku dengan tatapan balik fokus ke layar ponsel.

Si Yoni noleh. "Apa? Mau traktir?"

"Idih. Ogah." Aku meliriknya sinis. "Mau nanya aja. Kira-kira ada gak cowok lain yang naksir Raily."

Senyum lebar yang sangat menyebalkan mengembang di wajah Yoni. "Cie yang udah pacaran. Ekhem, jangan sampai kelewat posesif, lah. Kan baru pa-"

Refleks aku mencengkeram belakang kepalanya, mau benturin kepalanya ke atas meja tapi terhenti di tengah jalan. Segera kutarik tanganku yang agak bergetar. Menarik napas panjang terus mengembuskannya.

Aku kelepasan lagi. Yoni menatapku shock. Gerakannya kaku pas ngangkat kepala terus noleh. Matanya juga kebuka lebar banget.

"Sori." Balik fokus ke layar ponsel. "Kami nggak pacaran ... belum."

Bagus. Baru aja selesai masalah kecil sama Raily, muncul masalah baru sama Yoni. Sebelum ini aku belum pernah kelepasan di depannya. Yoni itu pengecut. Kurasa dia akan menjauhiku setelah ini.

My One of a Kind Crush [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang