[P] Pertemuan Mereka Bertiga

6 4 10
                                    

Aku sama Raily sampai di depan tempat yang pernah kami datangin buat ngobrol sambil makan es. Sejak saat itu, muncul keinginan buat balik ke sini sama Raily terus pesen menu kesukaannya: es coklat sereal.

Coklat itu enak. Aku gak terpaksa makan makanan yang gak kusuka demi Raily. Aman deh. Hmn, kalian pasti udah tahu aku mau apa. Kalo lupa liat aja nanti.

Balik fokus pada keadaan sekitar. Semua tempat duduk udah ditempatin. Hari ini rame banget. Mungkin karna lagi panas-panasnya terus mereka kepikiran hal yang sama, yaitu makan es di sini.

"Rame banget," keluh Raily yang udah keliatan lesu.

Aku gak nanggepin, fokus nyari meja kosong yang mungkin ketutupan. Gak ada sih tapi aku dapat hal bagus lain. Orang-orang yang nempatin meja di pojok belakang sana udah selesai makan, bareng-bareng berdiri terus jalan kemari.

"Rai, ayo." Aku menarik pergelangan tangan Raily. Bersama kami mengarungi lautan manusia sampai ke meja yang kusebut tadi.

Habis naroh tas, aku noleh ke Raily. "Mau es coklat sereal, kan?"

Raily ngangguk. "Kok tahu?"

Aku langsung nyengir kuda. "Kita kan pernah makan bareng di sini." Sebelum dia sempet ngomong lagi, aku tambah bilang, "Tunggu di sini, jaga tempat. Aku ke depan dulu mau pesen."

Raily ngangguk ngerti, lalu kubalas dengan anggukan singkat. Kembali ke meja paling depan aku memesan dua es coklat sereal. Harusnya pesan saat baru mau masuk, tapi tadi orangnya sibuk melayani pelanggan lain. Jadilah kami mengamankan tempat duduk lebih dulu.

"Sebentar, ya. Nggak lama," ujar om-om yang kerjanya bikin es di sini. Dia orang baik, murah senyum, bahkan padaku—orang yang katanya punya tatapan sinis.

Karena katanya nggak lama, kutungguin, berdiri di samping lemarinya sambil bersedekap. Melirik tempat duduk kami, di sana Raily menyibukkan diri dengan ponsel. Kelihatannya sedang mengetik sesuatu. Fokus sekali.

Nah, saat aku menoleh ke jalan beraspal kasar di samping, mataku langsung kebuka lebar. Aku bertemu pandang dengan orang yang paling kuhindari selama ini.

Tian, orang sialan yang kumaksud, sama terkejutnya denganku. Seling beberapa detik, dia kembali menetralkan wajah terus masang senyum miring. "Gak disangka kita ketemu di sini." Dia mengintip ke belakangku, ber-oh ria saat mendapati sesuatu. "Lagi nge-date rupanya."

Kusumpahi dia lenyap saja dari muka bumi ini. Sangat mengganggu.

Jangan bilang dia nyoba bikin aku naik pitam dan ngamuk di sini.

Ya, mungkin dia mikir gitu. Jadi sebisa mungkin aku berusaha nahan diri. Tapi gak bisa. Refleks aku menarik terus mendorongnya ke arah jalan pas dia mau nyamperin Raily di belakang sana. Tian kaget, hampir jatuh terjengkang.

"Jangan ganggu kami," ucapku dengan suara sedikit ditahan biar nggak kedengeran sama pengunjung lain. "Kalo gaada urusan di sini, pegi. Sana."

"Hah? Siapa bilang gue gaada urusan di sini?" Tian berkacak pinggang, mengangkat kepala angkuh. "Gue jauh-jauh kemari mau pesen es juga."

Refleks aku berdecih. Aku pun balik natap pesanan yang hampir selesai dibikin, nganggap yang barusan itu nggak pernah terjadi. Si iblis juga pura-pura gak peduli.

Bosan melihat es yang lagi dibikin, aku noleh ke tempat duduk yang udah diamankan. Rupanya Raily sedang berjalan kemari. Dia tersenyum hangat padaku dari kejauhan. Bikin meleleh tapi sebentar doang karena aku langsung panik diam-diam. Kalau Raily kemari dia bisa ketemu Tian. Itu gawat.

Baru muter badan mau ngelangkah ke arahnya, si om yang bikin es krim berseru, "Es coklat sereal dua udah siap!"

Langsung saja aku mematung, sedangkan Raily berjalan lebih cepat kemari. Saat sadar dia sudah ada di depanku, nyadarin aku buat ngambil es pesanan kami. Ya, bawa masing-masing ke meja karna udah terlanjur gini.

My One of a Kind Crush [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang