votment nya ka /stiker pentol ngemis/
***
Ji-Han berjalan-jalan di bawah jembatan, benar-benar sepi, semua mobil berjalan di atas bukan di bawah jembatan, hujan sangat deras. Ji-Han tidak basah sama sekali, sebab ia berlindung di bawah jembatan. Ia menangis di sana. Sendirian.
"Ku mohon kembali ... hks ..." Sejak tadi hanya ada permintaan maaf dan permohonan agar seseorang kembali, Ji-Han menangis, kepalanya sakit dan dadanya sangat sesak karena menangis di sini seharian.
Drtt ...
Ponsel Ji-Han yang ada di dalam tas berdering terus, tertera nama Jin-Su di sana. Namun, Ji-Han seolah tak mendengar dering ponsel yang cukup keras itu. Mungkin karena suara hujan yang terlalu deras.
***
Di kediaman keluarga Ko dan Jeon, mereka semua berkumpul, menunggu Ji-Han kembali karena hari sudah hampir tengah malam.
"Bagaimana? Sudah bisa dihubungi?" tanya Ayah Ji-Han.
Jin-Su menggeleng, kemudian Jungkook mencoba menelponnya, namun masih sama. Ji-Han tidak menjawab telepon."Aku akan mencarinya," ujar Jungkook.
"Kau sudah bisa melacak ponselnya?" tanya Jin-Su.
"Belum, tapi ... aku akan mencarinya," kukuh Jungkook.
"Aku ingin ikut, tapi ... pekerjaanku benar-benar menumpuk," ujar Jin-Su.
"Tidak apa-apa. Aku akan pergi sendiri." Jungkook tersenyum, mereka yang ada di ruangan itupun hanya bisa membiarkan Jungkook.
"Tuan Jeon, kau bisa pulang terlebih dahulu. Tidak perlu menunggu di sini sampai larut malam, aku jadi tidak enak," jelas Ayah Ji-Han.
"Baiklah, aku juga punya beberapa berkas yang belum diselesaikan. Kalau begitu ... aku pulang dulu." Mereka semua berdiri dan saling membungkukkan badan, lalu membiarkan Ayah Jungkook pergi.
Di lain tempat, Jungkook berhasil menemukan Ji-Han. Jam menunjukkan pukul 02.31, artinya sudah lebih dari tiga jam Jungkook mencari Ji-Han dan akhirnya menemukan gadis itu sedang bermain hujan di dekat sebuah sungai yang mengalir deras. Tentu saja Jungkook khawatir, bagaimana kalau Ji-Han terseret arus sungai?
"Kya! Ji-Han!" panggil Jungkook.
Ji-Han berbalik, ia tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Jungkook. Jungkook pun keluar dari mobil dan menghampirinya, tak peduli ia bisa sakit karena kedinginan.
"Ayo pulang!" ajak Jungkook.
"Aku tidak mau," tolak Ji-Han.
"Ck! Sudah berapa lama kau di sini?" tanya Jungkook.
"Sejak tadi sore," jawab Ji-Han.
"Jadi, kau mandi hujan sejak jam tiga sore?!!!" kaget Jungkook.
Dengan polosnya Ji-Han mengangguk.
"Bodoh! Ayo pulang!" ajak Jungkook.Jungkook terdiam ketika tak sengaja melihat mata Ji-Han yang memerah dan berkaca-kaca. Ia tau ini bukan karena hujan, Ji-Han memang ingin menangis.
"Hei, ada apa?" tanya Jungkook sambil menangkup wajah Ji-Han.
"Memangnya aku kenapa?" tanya Ji-Han.
Berusaha membohongi Jungkook? Tidak bisa, mata Ji-Han mengatakan segalanya.
"Kau menangis," tekan Jungkook.
"Apa? Mana mungkin aku menangis, lagipula untuk apa?" Ji-Han terdiam untuk sesaat, ia menundukkan kepalanya sembari memainkan tangannya.
Jungkook menyadari sesuatu, pundak Ji-Han bergetar."Hei, kenapa? Kenapa menangis? Katakan padaku, apa ada yang menggangumu?" tanya Jungkook.
Tangis Ji-Han pecah, ia memeluk Jungkook dan menyembunyikan wajahnya di dada Jungkook yang kini sama basahnya dengan tubuhnya. Tangan Jungkook terangkat, ia menepuk-nepuk punggung Ji-Han guna menenangkan anak itu.
"Aku merindukannya ... hks ..."
Deg!
Sakit rasanya mendengar Ji-Han merindukan pria lain. Tapi, ia memaklumi Ji-Han, sama sepertinya yang merasa sedih saat Ji-Han pergi dengan Jaehyun, Ji-Han pasti lebih sedih karena saat ini Jaehyun pergi, dan tidak akan pernah kembali.
"Kalau aku tidak ... hks ... menolak dia untuk kembali bersamaku, pasti dia akan tetap hidup, 'kan? hks ..." sesal Ji-Han.
"Tidak, tidak. Jangan menyalahkan dirimu. Dia salah waktu itu, kamu juga sudah memaafkannya. Semuanya takdir Ji-Han ..." ujar Jungkook.
"Aku menyakiti hatinya, Jungkook! Aku menyakitinya! Aku mencintainya, tapi malah menyakitinya ... aku salah ... aku salah ..." Jungkook melepaskan pelukannya dari Ji-Han, ia marah. Marah karena Ji-Han terus merasa bersalah padahal ini bukan salahnya.
"Kya! Berhenti memikirkannya! Lihat aku!" Jungkook mengguncang tubuh Ji-Han, gadis itu pun mendongak ke arah Jungkook.
"Aku mencintaimu! Kau tau?! Aku mencintaimu, Ko Ji-Han! Bunga dan cokelat di bawah lacimu aku yang taruh! Sketsa di gudang rooftop juga aku yang lukis! Aku mencintaimu seberat itu! Tidak bisakah kau melihat ke arahku?!" Ji-Han tertegun, ia merasakan deru nafas Jungkook yang terburu-buru.
"Aku mencintaimu ... kumohon ... lihat ke arahku sedikit saja ... kumohon ..." lanjutnya dengan mata yang sayu.
***
Jungkook dan Ji-Han sudah kembali ke rumah, pria bermarga Jeon itu mengantar Ji-Han sampai ke dalam rumah.
"Ah ... akhirnya kau menemukan dia. Ayah dan Ibu sudah tidur," kata Jin-Su yang masih menonton TV."Ya. Aku pulang dulu." Jin-Su menatap kepergian Jungkook. Apa yang terjadi?
"Ji-Han, ke—"
"Aku ingin mandi, lalu tidur. Selamat malam." Lagi. Jin-Su bingung dengan sikap Jungkook dan Ji-Han. Ya, kalau Ji-Han memang akhir-akhir ini terlihat menutup diri, tapi Jungkook? Meskipun pria itu terkadang bersikap dingin kepadanya, tapi dia akan tetap menceritakan hal sekecil apapun tentang Ji-Han.
"Ck! Mereka benar-benar rumit!" gumamnya.
TBC
semalem mandi hujan jam 21.43, eh malah keterusan sampe subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still With You [END]
FanfictionJungkook, lelaki 24 tahun itu berjuang agar perempuan yang dijodohkan dengannya mencintai nya, sekaligus berjuang agar perjodohan mereka tetap berlangsung. Ji-Han, gadis itu adalah perempuan yang dijodohkan dengan Jungkook, berbalik dengan Jungkook...