"Ku kira aku melupakannya, ternyata aku sengaja menguburnya."
-Nakula-
[•••]
Nakula melihat pantulan dirinya di cermin, ia merapikan kerah bajunya. Melihat ke sana ke mari, apakah seragam barunya cocok dengannya, apakah ia sudah rapi atau tidak. Tanda pengenal yang tertulis namanya sudah ia pasang di dada sebelah kirinya. Sesekali ia menarik napas panjang, guna mengurangi rasa gugupnya. Karena ini hari pertamanya bekerja.
"Semangat Nakula, kamu pasti bisa!" ucapnya untuk menyemangati dirinya sendiri.
Nakula keluar dari ruang pegawai, ia melihat meja-meja di dalam cafe sudah hampir penuh. Remaja berusia 17 tahun itu semakin bersemangat. Ia diarahkan oleh pegawai di sana, bagaimana dia harus bekerja hari ini.
Pekerjaan pertamanya hari ini mencatat pesanan para pengunjung dan mengantarkannya tanpa tertukar atau salah. Nakula langsung paham apa yang harus ia lakukan, ia langsung menghampiri pengunjung yang baru saja tiba, mempersilahkan pengunjung memilih menu yang mereka inginkan, mencatatnya dan mengantarkannya, ia lakukan dengan cekatan.
Gio memperhatikan kinerja pegawai barunya, ia tersenyum bangga melihat kinerja bagus dari Nakula. Gio juga mengingatkan Nakula kepada rekan kerjanya dulu. Mereka berdua hampir sama. Meski Nakula memiliki tubuh yang lebih tinggi dari rekannya itu.
"Pesanannya mbak," sapa Nakula kepada pengunjung wanita yang pakaiannya terlihat sangat modis dan rapi. Nakula meletakkan pesanan wanita di atas meja, tapi raut wajah wanita itu terlihat sangat masam. Ia melihat makanan di atas mejanya dengan raut wajah tidak suka.
"Mas! Saya pesannya itu spaghetti, bukan pizza! Gimana sih?!" teriak wanita itu di depan wajah Nakula. Wajah Nakula langsung berubah, ia panik dan gugup.
"T-tapi Mbak, di list pesanan. Pesanan Mbak betul yang ini," Nakula mencoba menjelaskan dengan nada selembut mungkin.
"Situ tuli ya?! Saya bilang bukan ya bukan!"
Klontang!!! Piring berisi pizza itu ia lempar ke lantai, membuat semua pengunjung menoleh ka arah wanita itu. Nakula sangat kaget dengan apa yang baru saja terjadi.
"Maaf... Maaf Mbak, ini salah saya. Biar saya ganti pesanan Mbak."
"Gak perlu, saya udah gak selera makan di sini! Pelayanannya gak becus!" bentak kembali di depan wajah Nakula, Nakula hanya menunduk melihat makanan yang tercecer di lantai. Dadanya terasa sesak.
"Maaf ada apa ini?" Gio menghampiri keduanya, ia mendengar suara kegaduhan.
"Pak tolong ya, lain kali rekrut pegawai yang becus dong! Masak pesanan saya bisa salah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION [END]✓
Fiksi Remaja[END] "Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya kata tidak mampu mengembalikan yang pergi" ° ° "Nana suka dandelion kak." "Kenapa? Ada bunga yang lebih cantik loh." "Dandelion itu rapuh kak...