[END]
"Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya kata tidak mampu mengembalikan yang pergi"
°
°
"Nana suka dandelion kak."
"Kenapa? Ada bunga yang lebih cantik loh."
"Dandelion itu rapuh kak...
"Kami hidup di era yang berbeda, wajah kami memang mungkin sama. Tapi maaf aku bukan dia."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[•••]
Di hari yang begitu cerah, dengan taburan kelopak bunga tabebuya yang mekar di setiap jalan Kota Surabaya menambahkan bagaimana indahnya hari itu. Pemuda berusia 17 tahun tidak menyia-nyiakan hari yang indah itu. Dia mengambil skateboardnya untuk sekedar menikmati keindahan bunga tabebuya.
Dengan headphone berwarna putih dan topi baseball sudah nangkring di kepalanya. Musik sudah dia putar, kaki sudah mulai mendorong skateboardnya.
"Kakak! Rani ikut!!"
"GAK USAH! ANAK KECIL GAK BISA!!"
"KAKAK!!!!!" Teriakan adik perempuannya sudah tidak ia dengar.
Pemuda berusia 17 tahun itu sudah mulai jauh dari rumahnya. Dia mulai menyusuri jalan Kota Surabaya, beberapa toko sudah ia lewati, kakinya berhenti di sebuah toko buku yang menarik perhatiannya.
"Kebetulan, aku juga mau cari buku. Masuk ah." Monolognya.
Skateboardnya ia pegang, headphonenya ia gantung di lehernya. Ia masuk ke toko buku yang menjadi tujuannya. Aroma khas buku baru mengaur, aroma yang begitu pemuda itu suka.
Beberapa rak buku ia lewati, saat melihat-lihat beberapa rak buku, ia mendapatkan buku yang ia cari. Buku tentang astronomi. Setelah mendapatkan buku yang ia incar, pemuda segera menuju ke meja kasir. Langkahnya terhentinya saat melihat sebuah buku yang begitu familier baginya.
"Jadi buku yang dibaca Mama sama Rani? Sebagus apa sih?" Pemuda itu mengambil satu buku berjudul Dandelion yang masih tersegel, ia membaca sinopsis yang tertera di cover belakang buku itu.
"Bagus sepertinya. Nanti aku pinjam Rani sajalah." Pemuda itu mengembalikan buku bersampul hijau itu ke tempatnya semula, lalu segera menuju meja kasir untuk membayar buku astronomi yang ia beli.
"Akhirnya, aku dapet juga ini buku. Sulit amat sih dapetin kamu!" Menolognya begitu senang saat mendapatkan buku yang ia cari-cari.
Kembali skateboard ia dorong, headphone sudah ia pasang kembali. Lagu berjudul "No Fate" milik Eclipse mengiringnya. Wajah tampannya nampak begitu berseri-seri, dengan bibir berwarna peach yang cerah, senyumnya mengembang.
Setelah lumayan jauh dia mendorong skateboardnya, pemuda itu kembali berhenti di sebuah minimarket. Nampaknya dia mulai kehausan. Pemuda itu membeli sekaleng pocari sweat, dia duduk di bangku yang disediakan minimarket, diteguknya semua isi pocari dari kalengnya.