Tidak ada kata yang inginku ucapkan selain "Terimakasih."
Stadion yang menjadi tempat pertandingan basket sudah ramai, kursi penonton sudah terisi penuh. Para supporter meneriakkan tim sekolah mereka masing-masing. Tidak terkecuali sekolah tempat Nakula menimba ilmu.
Pertandingan sudah dipertengahan jalan, tim Nakula lebih unggul dari tim lawan. Mereka sudah bisa bernapas dengan lega, tapi tidak boleh lengah. Karena bisa saja, tim lawan akan membalikkan keadaan.
Nakula terlihat mengedarkan pandangannya, melihat tribun dari sisi kanan dan kiri, meski pertandingan sudah hampir selesai, namun sosok yang ia nanti sedari tadi tidak kunjung datang.
"Nakula!!" suara Aji mengangetkan Nakula. Sebuah bola terbang tepat di depannya, tanpa bisa menangkap. Bola itu jatuh tepat mengenai kepala Nakula, hingga membuat Nakula tersungkur.
Wasit menghentikan permainan, karena melihat Nakula yang cidera. Seluruh anggota tim datang menghampiri Nakula, mereka mengerubungi Nakula. Caessa menanyakan dan mengecek keadaan Nakula. Memastikan bahwa sahabatnya itu baik-baik saja, semoga tidak ada cidera yang serius. Karena bola basket lumayan keras, terlebih lemparan lawan begitu kencang.
"Aku gak papa kok, santai aja."
"Yakin kamu?"
"Iya gak papa."
Pelatihan tim dari sekolah Nakula meminta sedikit waktu kepada wasit, pelatih harus mengecek keadaan anak didiknya.
"Kamu istirahat sebentar Nakula," pinta Pak Burhan kepada Nakula yang selaku pelatih tim.
"Saya tidak apa-apa Pak, pusing aja ngak ini Pak."
"Oke, sementara Rival gantikan Nakula. Kamu istirahat dulu."
"Baik Pak." Nakula mengangguk pasrah.
Permainan kembali dimulai, dengan Rival menggantikan Nakula. Selama di kursi cadangan, Nakula masih saja memperhatikan kursi penonton. Masih sama, sosok yang ia tunggu tidak kunjung datang juga.
"Kakak, sibuk kali ya. Tapi Kakak kan sudah janji mau lihat pertandingan Nana," gumamnya. Ia menghela nafasnya panjang, kembali menyemangati dirinya.
"Nana gak boleh egois, Kakak pasti sibuk. Nana juga harus bisa ngertiin Kakak."
•
•
•Di dalam ruangannya, Arjuna terlihat masih bergulat dengan dokumen-dokumennya. Ia baru saja selesai meeting. Sedikit kesal, kliennya meminta meeting dadakan hari itu, dan meninggalkan beberapa keluhan yang meminta Arjuna harus memperbaiki desain yang ia buat.
"Masih di sini?" tanya Jean yang masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.
"Seperti yang kamu lihat."
"Tinggalkan saja dulu Jun, bukannya sekarang Nakula sedang bertanding? Pekerjaan itu bisa kamu lanjutkan nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION [END]✓
Ficțiune adolescenți[END] "Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya kata tidak mampu mengembalikan yang pergi" ° ° "Nana suka dandelion kak." "Kenapa? Ada bunga yang lebih cantik loh." "Dandelion itu rapuh kak...