29. Kita Ada Untuk Saling Melengkapi

432 69 14
                                    

"Persahabatan itu adalah ikatan keluarga yang tidak sedarah. Tapi kuatnya melebih sebuah saudara."

[•••]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[•••]

Nakula meminum obat yang diresepkan untuknya, sesuai permintaan Arjuna, remaja laki-laki itu melakukan apapun untuk bertahan.

Obat-obatan yang tidak hanya satu jenis yang ia telan. Awalnya Nakula tidak tahan, tapi semakin hari, obat itu menjadi santapan wajib baginya. Tidak hanya di rumah, obat-obatan itu selalu Nakula bawa kemanapun, bahkan di sekolah dia harus membawanya. Nakula tidak diijinkan absen untuk meminum obat.

Pemandangan yang menjadi biasa bagi Aji dan Ceassa. Karena kedua sahabatnya itu selalu menjadi alarm bagi Nakula. Jika di rumah ada Arjuna, di sekolah ada Aji dan Ceassa.

"Sudah jam 12 Kula, obatnya diminum," pinta Aji yang duduk disampingnya. Seperti biasa Nakula hanya mengangguk dan selanjutnya dia akan meminum obatnya.

"Hari ini ada latihan kan?" Aji dan Ceassa mengangguk.

"Kamu mau gabung?"

"Kenapa tidak?"

"Tapi kamu lagi sakit Kula." Saran Aji kepada Nakula. Bukannya Aji ingin mengasihani Nakula, tapi dia tidak ingin hal buruk terjadi kepada Nakula.

"Kalau Nakula memang mau ikut latihan, bolehlah. Kula sehat kok Ji," timpal Ceassa. Karena Ceassa tahu, Nakula anak yang tidak ingin terlihat lemah. Sedari dulu, dia akan berdiri dengan kakinya sendiri. Meski badai selalu menghantam tubuhnya, Nakula tetap berdiri kokoh. Ceassa juga tahu, bahwa sekarang Nakula tidak dalam keadaan baik. Arjuna sendiri yang menitipkan Nakula kepada Aji dan Ceassa.

Nakula mengganti seragamnya dengan jersey basket miliknya. Nakula mengikat tali sepatunya, sejenak ia memandang kakinya.

"Kamu harus bertahan." Monolognya kepada kakinya. Segera Nakula berjalan keluar dari ruang ganti, menemui teman-temannya yang sudah lebih dulu melakukan pemanasan.

Tanpa berlama-lama, Nakula juga mengikuti gerakan pemanasan yang pelatih arahkan.

Nakula kembali men-drible bola yang ada ditangannya, dengan gesit Nakula melewati beberapa pemain yang mencoba menghadangnya. Beberapa poin sudah Nakula cetak, hingga tidak terasa waktu latihan sudah habis. Pelatih meniup fletnya panjang.

Semua pemain berkumpul membentuk lingkaran, mereka dengan seksama mendengarkan arahan dari sang pelatih, tidak terkecuali Nakula, Ceassa dan Aji. Setelah sesi pengarahan selesai, semua teman-teman Nakula yang merupakan tim basket, berpamitan pulang. Tersisa Nakula, Ceassa, dan Aji.

"Balik bareng aku aja," pinta Ceassa kepada Aji dan Nakula. Aji yang diajak tumpangan gratis, remaja jakung itu mengangguk semangat.

"Aku gak ikut, maaf ya."

DANDELION [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang