"Aku tidak tahu, kapan waktu akan berhenti. Tapi aku ingin, membahagiakan Kak Arjuna sebelum aku pergi meninggalkannya, untuk selamanya. Sampai waktunya tiba, kami akan berkumpul kembali, sebagai sebuah keluarga yang utuh."
-Nakula-
[•••]
Pagi ini, merupakan hari libur. Arjuna mengosongkan jadwalnya. Laki-laki muda itu ingin menghabiskan waktunya bersama adiknya. Kemarin, Nakula sudah meminta untuk mengantarkannya ke taman. Arjuna bersiap sepagi mungkin, dia ingin menyiapkan semuanya. Sudah lama sekali, dia tidak pergi piknik bersama Nakula.
Arjuna menyiapkan sarapan untuknya dan Nakula, juga menyiapkan bekal untuk dibawa nanti. Setelah langit agak terang, Arjuna bergegas naik ke atas. Dia hendak membangunkan Nakula. Tapi saat Arjuna membuka pintu kamar Nakula, adiknya ternyata sudah bangun. Posisinya masih duduk di atas kasur, matanya memandang langit di luar jendela.
"Syukurlah hari ini cerah Kak." Arjuna tersenyum dan mendekati Nakula.
"Iya kita beruntung Dek," sahut Arjuna sembari mengusap punggung Nakula. Arjuna merasakan tulang rusuk Nakula, yang menandakan bahwa berat badan Nakula turun.
"Sekarang adek mandi ya." Arjuna memposisikan diri agar Nakula mudah naik ke atas punggungnya. Arjuna berjalan menuju kamar mandi, berat badan Nakula juga jauh lebih ringan. Arjuna benar-benar tidak kesulitan menggendong adik kecilnya. Ya, Nakula tetap adik kecilnya bagi Arjuna.
Sampainya di kamar mandi, Arjuna mendudukkan Nakula di sebuah kursi plastik tanpa sandaran yang sudah disediakan Arjuna sebelumnya, setelahnya Arjuna meninggalkan Nakula sendiri.
"Kakak tunggu di luar ya, sekalian Kakak siapkan baju untuk Nana." Nakula mengangguk mengerti. Hal seperti ini sudah setiap hari Arjuna lakukan, di rumah Nakula tidak selalu duduk di kursi roda. Ada kalanya, Nakula akan digendong Arjuna. Seperti halnya ke kamar mandi.
Arjuna memilah baju mana yang akan dikenakan oleh Nakula, dan akhirnya Arjuna memiliki kemeja berkerah berwarna biru langit, dan celana kain berwarna putih. Arjuna menyetelkannya.
"Sepertinya baju ini cocok untuk hari ini, Nakula pasti akan terlihat segar dan tampan mengenakan baju ini." Dengan wajah yang sumringah, Arjuna menaruh setelan baju itu di atas kasur, dan kembali ke kamar mandi dengan membawa kaos oblong putih dan boxer hitam.
"Dek? Ini bajunya." Nakula membuka pintu kamar mandi, tidak semuanya terbuka, hanya sedikit celah, tangan Nakula keluar dan mengambil baju yang dimaksud Arjuna, dan kembali menutup pintu kamar mandi.
Selang beberapa saat pintu kamar mandi kembali terbuka, menandakan Nakula sudah selesai mengenakan pakaian dalamnya.
"Sudah?" Nakula mengangguk. Arjuna tersenyum gemas. Pasalnya adiknya itu masih malu kepada Arjuna, padahal dulu waktu Nakula masih SD, Arjuna yang memandikan. Arjuna paham, adiknya sudah remaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION [END]✓
Novela Juvenil[END] "Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya kata tidak mampu mengembalikan yang pergi" ° ° "Nana suka dandelion kak." "Kenapa? Ada bunga yang lebih cantik loh." "Dandelion itu rapuh kak...