Melupakan dan merelakan memang tidak semudah diucapkan. Mau dikubur se-dalam apapun, jika itu kenangan itu masih ada, maka rindu akan terus singgah.
[•••]
Seluruh siswa tempat Arjuna belajar sudah meninggalkan kelasnya masing-masing. Mereka berhamburan keluar, pulang menuju rumah masing-masing. Arjuna pun begitu, ia keluar dari kelas bersama Jean dan Chandra. Ketiganya sudah seperti tiga serangkai yang tidak pernah terpisah.
"Jun, mulai besok berangkat bareng aku aja. Aku jemput." Tahan Jean saat Arjuna hendak berpisah dari keduanya. Arjuna menggeleng, menolak permintaan Jean.
"Gak usah Jean, aku lebih enak naek sepeda."
"Iya Jun, atau ngak kita sekalian nganter Nakula juga ke sekolahnya. Biar gak ngerepotin Papanya si Caessa," ajak Chandra.
"Iya Jun, kamu juga gak perlu telat lagi. Lumayan loh Jun jarak sekolah dari rumah kamu. Lagi pula kita kan searah," timpal Jean. Arjuna sejenak berpikir, apakah dia menerima tawaran kedua sahabatnya untuk berangkat bersama. Apakah tidak merepotkan? Pikirnya.
"Gimana Jun? Tinggal ngangguk loh Jun sulit banget arek iki!" Chandra terlihat cemberut, karena dia tahu apa yang dipikirkan Arjuna. Sahabatnya itu benar-benar tidak pernah ingin merepotkan orang lain.
"Yasudah mulai besok aku berangkat bareng kalian. Terimakasih dan maaf selalu merepotkan." Chandra langsung merangkul Arjuna dan Jean.
"Nah gitu dong," jawabnya yang diikuti gelak tawa dari ketiganya.
Akhirnya ketiganya berpisah, karena tempat parkir sepeda dan mobil di sekolah ini berbeda. Arjuna menaiki sepedanya dan mengayuhnya. Dia ingin cepat-cepat pulang, karena dia tahu adiknya pasti sudah menunggu.
Sebelum Arjuna benar-benar sampai di rumah, sepedanya melipir ke salah satu bank yang tidak jauh di rumah. Arjuna masuk ke bilik yang bersekat kaca, ia memasukkan benda pipih yang baru saja diambil dari dalam tasnya.
Ia menekan tombol yang ada di mesin itu, sampai selembar kertas keluar dari dalamnya. Arjuna sekilas melihat kertas itu dan bergumam.
"Biaya rumah sakit Mama untuk bulan ini lunas," ucapnya begitu senang.
"Saldonya tinggal segini, sepertinya masih cukup nih untuk biaya rumah sakit Mama untuk beberapa bulan ke depan dan untuk keperluan sekolah Nana."
"Habis ini harus cari kerja. Semangat Juna!" teriaknya sendiri di dalam bilik itu, hingga membuat orang-orang yang mengantri di luar terheran-heran, meski mereka tidak begitu mendengar apa yang Arjuna teriakan.
Arjuna memasukkan kartu ATM-nya kembali ke dalam tas, menyimpannya baik-baik. Lalu ia kembali mengayuh sepedanya menuju rumah yang jaraknya tidak jauh lagi.
[•••]
Bulan sudah singgah dengan indah di langit malam, ia menggantikan matahari yang sejenak beristirahat sebelum esok kembali terbit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION [END]✓
Ficțiune adolescenți[END] "Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya kata tidak mampu mengembalikan yang pergi" ° ° "Nana suka dandelion kak." "Kenapa? Ada bunga yang lebih cantik loh." "Dandelion itu rapuh kak...