05. Sepotong Kue Strawberry

1K 162 1
                                    

Beban di pundak akan terasa ringan jika berbagi dengan orang yang tepat.

-Jeano Ehren Irtanto-

-Jeano Ehren Irtanto-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[•••]

Arjuna duduk di kursi panjang yang tersedia di taman rumah sakit. Duduk dengan tatapan kosong. Nakula sudah dibawa entah kemana oleh Chandra, mungkin membeli es krim. Kata Chandra, dia ingin menenangkan Nakula yang terus saja menangis setelah melihat kondisi Mama.

Dokter bilang, kondisi Mama akan lebih baik saat mengkonsumsi obat tambahan dari dokter. Ini sering terjadi kepada pasien yang mengalami trauma atau tidak terima karena sudah kehilangan seseorang.

Awalnya Arjuna duduk sendiri, sebelum Jean datang dengan sebotol air mineral dingin. Disodorkannya botol air itu dan ia duduk di samping Arjuna.

"Diminum." Arjuna menerima botol air pemberian Jean tanpa sepatah katapun, tatapannya masih kosong. Ia menegak airnya meski hanya sedikit.

"Kalau berat, cerita aja Juna." Reflek Arjuna menoleh ke arah Jean yang duduk di sampingnya. Jika Arjuna perkiraan harusnya kedua sahabatnya ini meninggalkannya setelah mengetahui kondisi Mama tadi.

"Gak papa cerita aja, maaf ya aku sama Chandra lancang."

"Aku harusnya berterimakasih. Makasih sudah nganter ke sini tanpa menanyakan apapun."

"Aku kira kamu dan Chandra gak mau temenan sama aku setelah tahu kondisi Mama."

"Persahabatan kita gak sedangkal itu Arjuna. Kamu bisa berbagi apapun, tidak hanya bahagiamu, tapi sedihmu juga."

"Berat rasanya saat kamu memikul beban dipundakmu sendiri, dan akan terasa ringan jika ada yang membantu menopang." Arjuna tersenyum mendengar tuturan yang baru saja Jeano katakan.

"Terimakasih."

"Mama begitu semenjak Papa meninggal. Papa meninggal saat aku baru lulus SMP kemarin karena kecelakaan." Arjuna sejenak menarik napasnya, rasanya terlalu berat harus mengulang rekaman itu kembali.

"Kalau sulit, gak papa jangan dilanjutkan." potong Jean. Arjuna menggeleng dan meneruskan ceritanya.

"Mama kehilangan sosok suami yang sangat dicintainya, aku dan Nakula kehilangan sosok ayah dan pemimpin di keluarga. Semenjak itu, aku harus menjadi pemimpin keluarga menggantikan Papa. Mengerjakan pekerjaan rumah, merawat Mama dan Nakula."

"Aku kira Mama akan segera pulih, tapi sampai sekarang Mama belum menerima kepergian Papa. Nakula juga yang awalnya manja, sekarang mandiri. Jean, kamu tahu? Aku cuma gak mau Nakula kehilangan masa kanak-kanaknya," Arjuna menjelaskan dengan suara yang kini sedikit bergetar. Jean di sampingnya mengusap punggung sempit Arjuna memberi kekuatan.

"Kamu hebat Juna. Aku yakin Papamu bangga. Kamu juga kakak yang kuat buat Nakula, mungkin karena tidak ingin membuatmu susah Nakula bersikap dewasa diusianya yang begitu kecil. Kalian berdua sama-sama kuat. Mama pasti segera sembuh." Arjuna tersenyum mendengar kalimat penguat dari Jean. Batinnya merasa lega, sekarang dia sudah memiliki seseorang tidak dua orang untuk bercerita.

DANDELION [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang