[END]
"Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya kata tidak mampu mengembalikan yang pergi"
°
°
"Nana suka dandelion kak."
"Kenapa? Ada bunga yang lebih cantik loh."
"Dandelion itu rapuh kak...
“Kita akan selalu bertiga, karena simpul yang kita miliki tidak akan putus.” • •
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[•••]
Nakula duduk di teras rumahnya menunggu seseorang yang akan mengantarkannya berangkat sekolah. Nakula melihat beberapa anak-anak SD yang lewat di depan rumahnya. Mereka semua hendak pergi ke sekolah. Ada yang berjalan kaki, menaiki sepeda dan tidak jarang yang diantarkan oleh orang tuanya.
Melihat pemandangan yang ada di depan rumahnya, Nakula sekilas mengingat bagaimana hangatnya dunianya dulu.
"Yuk berangkat." Suara seorang laki-laki membuyarkan lamunannya. Nakula hanya mengangguk menanggapi ucapan laki-laki itu.
Arjuna mendorong kursi roda yang sedang Nakula duduki. Arjuna juga membantu Nakula masuk ke dalam mobil.
Mobil Arjuna keluar dari pekarangan rumah, melaju menjelajahi jalan raya yang padat lancar. Keduanya saling menikmati hiruk-pikuk jalan, tanpa kata. Dalam benaknya, Nakula sadar, bahwa kini kakinya sudah tidak bisa digerakkan total. Sederhananya, Nakula kini lumpuh.
Setelah kejadian malam itu, kakinya Nakula sampai pagi tidak bisa digerakkan. Dokter Angkasa memeriksa keadaan Nakula, beberapa kali kaki Nakula dipukul-pukul menggunakan alat medis yang mirip dengan palu kecil, dan tidak ada respon. Dan setelahnya Nakula diharuskan menggunakan kursi roda.
Sampainya di gerbang sekolah, Aji dan Ceassa sudah menunggu. Kedua remaja itu berjalan mendekati mobil Arjuna, dan membantu Nakula keluar dari mobil.
"Kami tidak merasa direpotkan Kak, selama di sekolah. Nakula tanggung jawab kami," ucap Aji.
Mobil Arjuna pergi menjauh dari sekolah, membiarkan Nakula ditangani oleh Aji dan Ceassa. Setelah mobil Arjuna sudah lumayan jauh, Ceassa mendorong kursi roda Nakula untuk masuk.
"Maaf ya, karena aku, pekerjaan kalian jadi bertambah."
"Ngomong apa sih?" Sanggah Ceassa.
"Bagaimana kalau kita lari aja ke kelas, Nakula siap meluncur?"
"Hah?"
"1...2...3!"
Kursi roda Nakula di dorong dengan kecepatan tinggi. Mereka berlari. Nakula tertawa bahagia, melihat tingkah kedua sahabatnya. Kursi rodanya benar meluncur dengan cepat. Mereka melewati beberapa siswa yang sedang berjalan. Aji yang bertugas menjadi klakson, layaknya motor gesit yang sedang melaju. Ketiga remaja itu tertawa bahagia. Siapapun yang melihat, hatinya akan menghangat.