35. Arjuna, Jean dan Chandra

349 47 13
                                    

Teaser Dandelion ⬆️

"Tidak waktu yang terlewati adalah sebuah kesia-siaan. Waktu mengajar kita untuk rela, ikhlas dan melangkah ke depan"

Pandangan Jean masih lurus ke depan, meski di hadapannya hanya menampilkan taman rumah sakit yang bersebelahan dengan parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pandangan Jean masih lurus ke depan, meski di hadapannya hanya menampilkan taman rumah sakit yang bersebelahan dengan parkiran. Dokter Angkasa sesekali menoleh ke arah Jean.

"Jean, saya tidak tahu apa yang sedang terjadi antara kamu dan Arjuna, tapi saya harap kalian cepat meluruskannya." Jean tidak langsung membalas ucapan dokter Angkasa yang duduk tepat di sebelahnya.

"Papa saya penyebab dari semua penderitaan yang Arjuna alami Dok." Jean mengingat bagaimana Papanya mengakui ke salahannya 12 tahun lalu.


"Maafkan Papa Jean. Maafkan Papa."

"Kenapa Papa minta maaf sama Jean?! Bukan Jean Pa! Tapi Juna dan Nakula! Hidup mereka yang Papa hancurkan!" Pak Irtan bersimpuh di hadapan Jean. Jean mengetahui rahasia Pak Irtanto saat bertanya perihal obat yang diminum oleh Pak Irtanto.

"Maaf Jean, saat itu pikiran Papa kalut. Saat itu hidup kamu kamu lebih penting dari apapun Jean. Maafkan Papa."

Surabaya 2012

"Papa badan Jean panas Pa. Jean Mama panggil gak bangun-bangun Pa." Isak tangis Ibu Irtanto yang tengah menggendong tubuh remaja Jean.

"Coba Papa lihat." Pak Irtanto memegang tubuh putra bungsunya. Saat tangan Pak Irtanto memegang tubu Jean yang lemas, betapa kagetnya laki-laki paruh baya itu. Karena demam yang diderita Jean sangat tinggi. Pak Irtanto juga panik, pasalnya Jean memiliki riwayat kejang jika demam tinggi.

Pak Irtanto menggendong Jean, membawa tubuh lemas Jean ke dalam mobil.

"Ma, kita ke rumah sakit sekarang!"

Pak Irtanto membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, Jean yang masih belum sadar terbaring dalam pangkuan sang ibu. Mobil Pak Irtanto menerobos hujan yang lebat di malam itu, berharap segera sampai ke rumah sakit. Karena dia tidak ingin kehilangan Jean.

Mobil Pak Irtanto menerobos lampu merah, karena malam itu jalanan terlihat lengang, mungkin karena hujan turun, sehingga membuat masyarakat Surabaya enggan untuk keluar. Saat mobil Pak Irtanto menerobos lampu merah dari arah samping datang juga sebuah mobil sedan hitam, karena kaget mobil sedan hitam itu membanting setirnya hingga menabrak pembatas jalan.

"Pa?!" Teriak Bu Irtanto.

"Maaf Ma, maaf."

"Pa, Jean kejang Pa!"

Pak Irtanto yang sempat menghentikan mobilnya, kembali menancapkan gas. Pak Irtanto melihat dari balik spion mobilnya, dimana tempat mobil sedan itu berada.

"Maafkan saya, setelah saya mengantarkan putra saya, saya berjanji akan bertanggungjawab," ucap Pak Irtanto dalam hatinya.

Mobil sedan berwarna hitam itu menabrak pembatas jalan, membuat bemper depan hancur. Seorang laki-laki yang berada di bangku kemudi terlihat begitu lemas dengan darah segar mengalir di dahinya. Di kesadarannya yang sedikit, laki-laki paruh baya itu meraih foto remaja laki-laki yang tertempel di dekat kemudi.

DANDELION [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang