17. Nostalgia Sanubari Nakula

705 126 5
                                    

"Kita yang akan terus bersama, apapun yang terjadi takkan pernah ku lepas genggaman tanganmu. Karena hanya kau yang kumiliki."

-Arjuna,Nakula-

-Arjuna,Nakula-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kring...

Suara lonceng yang terpasang dipintu cafe berbunyi. Seorang remaja yang masih lengkap dengan seragam putih abu-abunya dan ransel yang di punggungnya. Di tangannya terdapat map kertas berwarna biru, ia masuk dengan ragu, melihat sekelilingnya karena jujur saja, saat ini dia menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung cafe.

Seorang pelayan cafe menghampiri remaja itu yang terlihat kebingungan.

"Ada bangku kosong di sana dek," tunjuk pelayan cafe laki-laki kepadanya.

"Ah tidak Mas, saya ke sini bukan untuk memesan."

Pelayan cafe yang ada di hadapannya terlihat bingung, "Lalu, ada kepentingan apa adeknya ke sini?"

"Ini Mas, kemaren saya melihat kalau cafe ini membutuhkan pelayan part time."

"Oh, adeknya mau melamar pekerjaan?"

"Iya Mas," ucapnya begitu girang.

"Langsung saja ke ruang HRD ya, berkasnya sudah lengkap semua?"

"Sudah Mas, sudah lengkap." Pelayan cafe memberikan arahan kepada remaja itu untuk segera menuju ruang HRD. Nakula melangkahkan kaki begitu ringan saat memasuki ruangan yang baru saja ditunjuk oleh salah satu pelayan cafe.

Tangan Nakula mengetuk pintu berbahan kayu itu dengan nafas yang sedikit tersengal. Ia terlihat gugup, karena ini pertama kalinya ia melamar pekerjaan tanpa sepengetahuan kakaknya. Setelah beberapa menit, suara di seberang pintu mempersilahkan Nakula masuk.

Nakula, memutar knop pintu hati-hati dan menutupnya kembali. Terlebih seorang laki-laki muda, dengan rambut hitam legam duduk sambil membolak-balikan kertas yang ada di mejanya. Terdapat papan nama di mejanya Gio Abraham begitulah nama itu tercetak.

"Permisi Pak," sapa Nakula yang masih terlihat gugup.

"Iya silakan duduk." Nakula dipersembahkan duduk oleh pemilik ruangan.

"Maaf Pak saya ingin melamar pekerjaan di cafe ini."

"Iya saya tahu, jika kamu tidak ingin bekerja di cafe ini mana mungkin masuk ruangan saya." Nakula semakin gugup mendengar jawaban dari seseorang yang ada di hadapannya.

DANDELION [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang