14. Kakak ada masalah? Cerita sama Nakula ada apa.

908 128 6
                                    

“Jika tidak ada yang mau mendengarmu, bahkan semesta pun enggan. Percayalah akulah orang pertama yang akan menjadi tempatmu bercerita, rumahmu, tempat dirimu pulang dan kembali”

 Percayalah akulah orang pertama yang akan menjadi tempatmu bercerita, rumahmu, tempat dirimu pulang dan kembali”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[•••]

Setelah tiga hari, Nakula sudah benar-benar sehat. Demamnya sudah turun, konsisi tubuhnya sudah benar-benar sehat. Tiga hari itu pula, Arjuna menemani Nakula. Ia absen sekolah dan kerja. Ia berikan semua waktunya untuk merawat sang adik, karena tidak ada yang lebih penting dari Nakula. Hanya Nakula satu-satunya keluarganya saat ini.

"Enak ya jadi loe, absen sampe berhari-hari gak kena SP sama Bang Mahen!" Salah satu rekan kerja Arjuna memojokkannya. Ia bernama Dava.

"Harusnya loe tahu diri dong. Jalur orang dalem tuh emang sok!" Arjuna hanya diam tidak mampu membela diri saat Dava terus mendorong bahunya menyentuh tembok. Gio yang ada diantara mereka berusaha untuk melerai, sedangkan yang lain hanya menjadi penonton sejati.

"Kalau loe cuma mau nyantai, gak usah kerja! Minta duit sama bokap nyokap loe sana!"

"Dav, udah dong. Kamu gak paham sama apa yang Arjuna rasakan!" Gio memegangi bahu Dava, memintanya untuk mundur.

"Semua orang tuh punya masalah, gak cuma dia doang! Loe pikir gue gak punya masalah juga hah?!"

"Enak banget dia leha-leha di rumah, sedangkan kita gantiin kerjaan dia. Gak adil anjing!!"

"Maaf Mas Dava, saya akan kerja lebih giat lagi. Maaf jika selama saya absen kerja, pekerjaan Mas Dava jadi nambah."

"Ya jelas dong! Harusnya gue selesai jam 4 sore, karena ulah loe gue harus pulang jam 10 malem!"

Arjuna kembali menunduk, sungguh dia tidak mampu membela dirinya.

"Kasih gue alasan kenapa gue harus simpati sama loe! Gue kerja buat bayar kuliah. Sedangkan loe masih SMA, dilihat dari pakaian yang loe pake loe anak tajir kan? Loe kerja cuma buat nambah uang jajan! Kita beda Juna!! Gue cari kerja buat biaya hidup gue! Paham gak loe?! Mending loe berhenti kalau cuma buat main-main!! Anak manja!!"

Brak!!

Gio mendorong tubuh Dava keras sampai membentur pentri. Masalah pentri, biarlah nanti dia yang akan menjelaskannya kepada Mahen.

"Ucapan kamu sudah keterlaluan Dava! Kamu tahu gak?! Anak ini kerja di sini bukan cuma maen-maen. Ayah sama Ibunya udah mati, dan sekarang dia harus membiayai dirinya sendiri dan adiknya. Oke kita punya masalah hidup masing-masing, tapi apa kamu gak ada niatan buat ngerti masalah orang lain? Dia masih kecil Dava, gak kayak aku, kamu sama yang lain!" Dava terdiam dengan penjelasan yang Gio katakan soal Arjuna. Anak berusia enam belas tahun itu, memang tidak begitu akrab dengannya. Karena dari awal Dava memang tidak suka dengan Arjuna, karena dia selalu di specialkan oleh bosnya.

"Sekarang aku tanya? Kalau kamu ada diposisi Arjuna kamu bakal kuat gak?! Ibunya, Ibunya baru aja gak ada, dan kamu tahu? Ibunya mati bunuh diri di depan matanya langsung?!!!! Bisa gak?!!!" Bibir Dava terkatup, dia tidak mampu membantah. Entah mengapa hatinya terasa sedikit sakit, mengetahui fakta tentang remaja tanggung kurus di hadapannya. Dava terdiam, dalam hatinya dia merasa bersalah. Tapi kata maaf sulit untuk terucap.

DANDELION [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang