“Kita tidak tahu apa yang telah Tuhan rencanakan. Apa yang kita anggap buruk, sebenarnya adalah sebuah hal yang terindah. Apa yang kita anggap hal yang sangat menyakitkan, sebenarnya adalah hal yang menguatkan.”
•
•
Arjuna sudah berdamai dengan keadaannya. Pemuda berusia 28 tahun itu sudah merelakan segala yang telah hilang pada dirinya. Kini dia akan menjaga satu-satunya yang ia miliki, titipan Tuhan yang begitu indah untuknya. Meski Arjuna tahu, Tuhan akan mengambilnya.Nakula sudah tidak mampu menggerakkan tubuhnya, hanya saraf tangannya yang bisa dia andalkan. Beberapa kali Nakula menangis, bukan karena rasa sakit yang menghujam tubuhnya. Tapi ia merasa menjadi beban bagi kakaknya. Saat itu Nakula tak sengaja mengotori ranjangnya dengan air seninya. Nakula menangis malu, karena saat itu ada Jean, Chandra dan kedua sahabatnya, yaitu Ceassa dan Aji. Tapi dengan telaten, Arjuna membersihkan, mengatakan bahwa semuanya tidak apa-apa. Aji dan Ceassa juga ikut membantu mengganti pakaian Nakula.
Benar kata dokter Angkasa, bahwa dia harus kuat untuk Nakula. Arjuna sering kali mengajak Nakula berkeliling rumah sakit, atau duduk bersantai di taman dengan kursi rodanya. Menyapa beberapa pasien yang kondisinya mirip dengan Nakula. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, sudah mereka lewati. Serangkaian terapi yang melelahkan tidak pernah absen untuk Nakula.
Meski tunjangan yang diberikan oleh Pak Irtanto bisa dibilang besar, namun tidak mampu menutupi biaya yang harus Arjuna keluarkan untuk pengobatan Arjuna. Mobil yang selama ini menemani Arjuna yang merupakan warisan Papa, harus Arjuna jual. Beberapa barang berharga miliknyapun juga ikut terjual.
"Pa, maaf Juna harus jual mobil ini. Juna harap Papa akan memaafkan Juna."
Jean dan Chandra, ingin membantu menyokong biaya rumah sakit Nakula. Bahkan Ceassa juga tak segan mengeluarkan dana besar untuk membantu Nakula, tetapi Arjuna menolak, karena baginya Nakula adalah tanggungjawabnya.
Satu permintaan Nakula yang ingin Arjuna penuhi yaitu membuat adiknya menggunakan pakaian toga. Nakula ingin lulus.
"Juna, kali ini saja. Kami terima bantuan dari kami," Chandra membujuk Arjuna yang saat ini sedang duduk memandang Nakula yang terlelap tidur.
"Aku tidak bisa Chan, Jean."
"Aku sudah pernah bilang kan, waktu kita masih duduk di bangku SMA, kalau Nakula juga adikku."
"Terima kasih, karena kalian sudah menganggap aku dan Nakula keluarga. Kalian sudah banyak membantu, tapi aku tidak bisa terus-terusan menerima uluran tangan kalian. Nakula adalah tanggung jawabku."
Jean menepuk pundak Chandra yang duduk di sampingnya, "Sebaiknya kita jangan memaksa Arjuna Chan." Jean tahu, jika terus menerus menerima bantuan, maka harga diri Arjuna akan terluka.
"Jun, tapi perlu kamu ingat, kapanpun kamu butuh kami. Kami akan selalu ada untuk kamu dan Nakula," Jean menambahi.
"Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION [END]✓
Подростковая литература[END] "Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya kata tidak mampu mengembalikan yang pergi" ° ° "Nana suka dandelion kak." "Kenapa? Ada bunga yang lebih cantik loh." "Dandelion itu rapuh kak...