[END]
"Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya kata tidak mampu mengembalikan yang pergi"
°
°
"Nana suka dandelion kak."
"Kenapa? Ada bunga yang lebih cantik loh."
"Dandelion itu rapuh kak...
“Kalau Nana gak bisa jalan, biar Kakak yang jadi kaki buat Nana.”
-Arjuna Saka Dewa-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[•••]
Nakula berdiri di sebuah gedung putih untuk kedua kalinya. Seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya, Nakula datang untuk pemeriksaan rutinannya. Laki-laki disampingnya menggenggam tangannya. Memberi kekuatan kepada Nakula.
"Takut?" tanya laki-laki itu begitu lembut, Nakula menggeleng menyahuti pertanyaannya.
"Sekarang ada Kakak, kita hadapi sama-sama. Hm?" Nakula mengangguk, bibirnya tersenyum. Seolah-olah ada kekuatan magis yang baru saja masuk ke dalam tubunya. Dia tidak takut lagi.
Kedua laki-laki itu memasuki gedung putih yang sedari tadi seakan-akan menyambut kedatangan mereka. Aroma alkohol dan obat-obatan sudah menjadi ciri khas. Di setiap ruangan yang keduanya lewati, banyak sekali sanak saudara yang menunggu salah satu saudara mereka yang sedang sakit.
Saat menaiki lift, keduanya tidak sengaja naik bersama sepasang suami istri. Si istri duduk di kursi roda, sedang sang suami begitu sabar dan telaten mendorong kursi roda itu. Keduanya bercengkrama ringan. Hingga sang suami menyapa Arjuna dan Nakula.
"Kalian berdua sedang menjenguk saudara?"
Arjuna menjawab pertanyaan laki-laki paruh baya di hadapannya begitu sopan, "Tidak Pak, saya ke sini untuk pemeriksaan rutin."
"Oh masnya sedang sakit?"
"Bukan saya Pak, tapi adik saya. Ini adik saya Pak." Arjuna menunjuk Nakula yang ada disampingnya. Laki-laki paruh baya yang disampingnya mengangguk mengerti.
"Maaf Pak, jika saya lancang. Ibu sakit apa Pak?" Tanya Arjuna ramah.
"Istri saya didiagnosa sakit Spinocerebellar Ataxia, kurang lebih sudah setahun. Awalnya dia sering terjatuh, lalu lama kelamaan jadi lumpuh." Jelas laki-laki di sampingnya itu dengan senyum mengembang sembari mengelus bahu sang istri, seakan memberi kekuatan. Nakula menatap sosok wanita yang duduk di kursi roda begitu dalam, dia membayangkan apakah dirinya akan berakhir sama.
Arjuna menoleh dimana Nakula berdiri. Terlihat sekali guratan kekhawatiran diwajahnya.
Saat pintu lift terbuka, mereka berpisah dengan sepasang suami -istri itu. Nakula masih saja memandangi mereka meski sudah sedikit jauh.
"Dek?" Panggil Arjuna menyadarkan lamunan Nakula, dan akhirnya mereka berjalan menuju ruangan dokter yang menangani Nakula.
Arjuna mengetuk pintu putih yang ada dihadapannya, Arjuna dan Nakula masuk saat si pemilik ruangan menginjinkan mereka untuk masuk.