“Tidak perlu khawatir, meski tidak seorangpun yang berdiri di sampingmu saat kau lelah dan terjatuh. Percayalah akulah satu-satunya orang yang akan terus bersamamu, meski dunia mulai enggan dengan kehadiranmu”
-Nakula Putra Dewa-
[•••]
Suara kicauan burung menjadi penanda hari yang baru. Suara riuh klakson kendaraan bermotor saling bersahutan di jalanan yang macet. Kebetulan hari libur, setiap keluarga sepertinya memiliki agendanya masing-masing untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
Arjuna dan Nakula juga tidak ingin ketinggalan, pagi ini keduanya mengunjungi Papa dan Mama. Sudah ada dua buket bunga yang mereka pegang masing-masing.
"Hari ini kita jenguk Papa dan Mama ya." Nakula mengangguk, menanggapi ajakan sang kakak. Nakula juga sudah rindu ingin bertemu dengan Papa dan Mama. Hanya dengan memandang foto dan membuat pesawat kertas sepertinya kurang cukup untuk meluapkan rindu yang Nakula rasakan. Meski ia tahu, bahwa rindunya selamanya tidak akan pernah tersampaikan secara nyata.
Sepeda Arjuna terparkir di depan pintu sebuah pemakaman. Dua anak laki-laki berbeda usia itu berjalan melewati beberapa nisan yang berjejer dengan rapi. Sampai akhirnya mereka sampai di dua gundukan tanah yang terlihat masih segar, berdampingan. Arjuna memberikan satu buket bunga untuk Papa, dan Nakula memberikan satu buket untuk Mama. Sejenak keduanya menunduk, berdoa agar Papa dan Mama bahagia di sana.
"Nana kangen sama Papa dan Mama?" tanya Arjuna kepada sang adik yang berdiri di sampingnya. Nakula mengangguk mengiyakan.
"Nanti di rumah kita buat pesawat kertas yuk, terus pesawat kita terbangkan." Sekali lagi Nakula hanya mengangguk. Setelah selesai melepas rindu kepada kedua orang tua mereka, keduanya pergi meninggalkan tempat, yang menjadi penantian terakhir.
Setelah sampai di rumah, seperti yang dikatakan oleh Arjuna. Keduanya duduk di bersila di lantai kamar Nakula. Mereka menuliskan sebuah surat, Nakula menuliskan untuk Papa dan Arjuna untuk Mama. Lalu kertas yang tertulis surat itu mereka lipat hingga membentuk sebuah pesawat kertas sederhana.
"Kita terbangin yuk dek." Arjuna memberikan sebuah kursi agar Nakula bisa menjangkau jendela yang ada di dalam kamarnya. Dua pesawat kertas itu mereka lepas, terbang mengikuti angin dan entah akan kemana pesawat kertas itu berhenti.
[•••]
[10 tahun kemudian]
Priiittt!!!!
Suara flute dari pelatih basket di SMA Nusa Bangsa bergema begitu keras, mengisi setiap sudut stadion. Para siswa yang tergabung dalam club basket sekolah itu berkumpul.
"Latihan hari ini selesai, kalian sekarang boleh pulang. Besok persiapkan untuk pertandingan."
"Baik Pak!" sorak mereka bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION [END]✓
Teen Fiction[END] "Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya kata tidak mampu mengembalikan yang pergi" ° ° "Nana suka dandelion kak." "Kenapa? Ada bunga yang lebih cantik loh." "Dandelion itu rapuh kak...