Bagian 17

80 42 6
                                    

Dena duduk didepan cermin, melihat wajahnya dipantulan cermin, sekilas tersenyum, terlintas masa lalunya bersama pacarnya yang membuatnya hampir menyesal seumur hidupnya walaupun masih melimpah kekayaan dari orangtuanya. Tetapi harga dirinya telah tercoreng dengan lelaki yang tak ingin menanggung jawabkan atas kehamilannya.

Ketika itu tepat saja ada elgi yang membuatnya mengingat saat masa-masa SMA nya, elgi sangat baik kepadanya, tetapi elgi tidak menyukainya. Senyuman dena mengembang, namun tersentak ada tangan yang menepuk pelan pundaknya.

"Dena, kenapa senyum-senyum?"tanya elnazhima.

Dena langsung melihat ke ibunya yang tersenyum melihatnya"Eh mama,"

Elnazhima menghundus nafas pelan"Kapan kamu mau minta akad dengan elgi? Udah bisa kok? Elgi juga punya kerjaannya juga, selain udah jadi managernya papa, dia juga udah siap kayanya tuh jadi suami,"

"Tapi ma, elgi kan—"

"Kamu pasti bilang elgi masih kuliah, kalo kuliah gak usah dipungkiri, dengan uang, semuanya pasti beres, apalagi? Tuh temenmu udah pada ke pelaminan? Masa kamu belum? Janin kamu juga makin lama makin besar, kapan lagi? Mau nunggu anak kamu lahir? Mama karena gak tegaan sama kamu makanya kayak gini, kalo enggak, mama juga gak mau nyuruh kamu cepat-cepat nikah, lebih baik belajar memegang perusahaan papamu daripada seperti ini."

Dena terdiam mendengar ucapan ibunya, tak bisa menjawab, ada benarnya juga yang dikatakan ibunya, tetapi dena juga bingung sebenarnya anak yang dikandungnya bukanlah anak elgi. Tetapi anaknya bersama reyan, pacarnya, dena ingin sekali mengatakan, tetapi tak bisa. Dena terlanjur membawa elgi dihidupnya dan orangtuanya telah menyangka jika itu adalah anak elgi, bukanlah darah daging pacarnya yang sebenarnya.

"Nanti malam akan dena ceritakan ke elgi ma,"lirih dena menunduk.

"Iya mama tau, maafkan mama ya, udah lancang sama kamu, tapi mama rasa omongan mama ada benarnya juga, tetapi mama rasa ini yang terbaik."ujar elnazhima menatap dirinya dikaca bersama dena yang terdiam menunduk.

"Oy ada tugas,"ujar jofi ke elgi yang baru datang langsung duduk disampingnya.

"Baru aja buka handphone, udah lo suruh ngerjain tugas, mau berapa lo?"tanya elgi.

"Yaaelah, pake acara bayar, ya udah lo bayar 2 ratus ribu, biar gue kerjain tugasnya."jawab jofi menantang.

"Mahal banget, kayak beli kambing seekor,"ujar elgi mengeluarkan uangnya dari saku.

"2 ratus rebu? Paling dapat kambing yang kecil, sesangkan aqiqah aja sekarang udah sampe juta-jutaan beli kambing!"

"Ya udah nah, buruan!"

"Dabel folio lo ada?"

"Ribet banget sih!"elgi langsung mengambil tasnya lalu mencari dabel folio.

"Woy el! Dah lama gak keliatan lo, kemana aja lo! Lo tau gak kita ada tugas! Eh tapi kayaknya lo gak tau,"ujar fariz yang baru datang lalu duduk disebelah kanan elgi.

"Enak aja lo bilang enggak tau, notifnya udah duluan! Cuman guenya yang kelamaan, gak sempat-sempat, namanya orang kantor."balas Elgi yang masih mencari dabel folio.

"Ciiiih orang kantor, eh btw udah punya gandengan?"cibir Fariz.

"Belum!"tukas Elgi.

"Masih mau happy-happyan dulu, ntar kalo udah punya pacar gak bisa bebas-bebas."sahut jofi.

"Iya, gue juga gak mau,"tukas Fariz.

"Dih! Sok yes lu! Ntar sewaktu Lo naksir sama cewek, Lo bakalan pacaran!"

Elga AuliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang