Setelah menceritakan tentang sosok Kang Karman, tetua itu pun turut menceritakan tentang sosok lain bernama Durman. Durman adalah Keponakan Kang Karman yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya sejak ia lahir. Kang Karman pada akhirnya mengurus Durman hingga ia berumur 8 Tahun. Sejak umur 9 Tahun, Durman sudah hidup mandiri meski ia memiliki banyak kekurangan, tetapi ia adalah orang yang Pantang Menyerah.
Tak terasa tahun demi tahun telah berlalu, Durman sudah berusia 18 tahun dan ia menikahi seorang perempuan bernama Sunija. Mereka memiliki 2 orang anak yang bernama Irna dan Dino. Hidup mereka pada awalnya bisa di bilang mapan karena Durman diterima bekerja di sebuah perusahaan di kota. Namun, Durman akhirnya di pecat dari perusahaan dan di Penjara selama beberapa bulan setelah ia dituduh mengkorupsi uang perusahaan. Setelah mendekam di Penjara selama beberapa Bulan, Durman hanya bisa pulang ke kampung dengan kecewa. Durman tak menyangka bahwa Karir nya akan berhenti secepat itu.
Durman yang pantang menyerah, sesampainya di desa, Ia mulai belajar untuk bertani di Kampung. Akan tetapi, tentu saja hasil dari bekerja di perusahaan dengan hasil dari bekerja di ladang sangat lah berbeda. Tabungan mereka mulai terkuras sedikit demi sedikit hingga mereka jatuh miskin. Bahkan, Durman tak lagi mampu membayar pajak sehingga rumah milik Durman dan Keluarganya pun disita. Hidup dalam kesengsaraan mereka pun memutuskan untuk pergi ke ladang dan membangun sebuah gubuk kecil sebagai tempat tinggal.
Pada kala itu, status sosial adalah hal yang sangat penting sehingga tak jarang ada orang yang direndahkan harga diri dan martabatnya karena memiliki kekurangan. Keluarga Durman pun tak luput dari penindasan tersebut. Mereka kerap mendapat ejekan dan cemoohan dari warga kampung. Awalnya Durman masih bisa menahan amarahnya terhadap warga Kampung itu. Akan tetapi, lama kelamaan Durman mulai muak mendengar ejekan dan cemoohan itu. Sehingga pada suatu hari Durman pernah memukuli salah satu warga yang mengejek keluarganya. Warga pun tak terima hingga mereka balas memukuli Durman hingga babak belur.
Kemarahan Durman kembali memuncak ketika mendapati istrinya Sunija dilecehkan oleh warga desa. Namun, sayang Durman hanya bisa mengajak Sunija pulang dalam keadaan malu karena ia tak bisa melakukan banyak hal. Durman pun mulai menaruh rasa dendam pada para warga kampung itu. Ia pun menanam benih-benih dendam bagi warga Kampung ini.
"Kesabaran ku telah habis, kalian keterlaluan telah mempermalukan istriku dan keluarga ku. Aku bersumpah atas nama Tuhan aku akan membalaskan dendam ku. TUNGGU SAJA PEMBALASAN KU!!!"
Warga Kampung pun menertawai Durman dan menganggap bahwa kata kata itu hanyalah angin lalu. Durman kembali memupuk dendam dan berusaha agar dendam tersebut berbuah dan bisa ia lampiaskan dengan cara disantap.
"Buah dendam bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan. Konon, Durman adalah penemu dari buah dendam itu sendiri. Rasa Dendam lah yang menjadi pupuk bagi Benih-benih itu untuk tumbuh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Santet "Dendam Tanpa Ujung Membawa Petaka"
TerrorSemua berawal dari Dendam, Dendam Tanpa Ujung yang berakhir pada sebuah Malapetaka. Durman adalah orang yang telah membawa Dendam itu. Dendam yang berujung pada Santet yang hampir menghabisi seluruh Warga di Kampung itu. Namun sebelum Ia berhasil me...