Bab 19 : Durman telah Kembali

308 3 0
                                    

Kejadian kemarin membuat ku semakin gundah. Satu persatu Teman ku mulai mengalami kejadian di luar nalar semenjak datang ke Kampung ini. Proker KKN kami? jangan di tanya! kami semua sudah melupakannya. aku tak bisa berpikir apa-apa kecuali tentang Benih-benih dendam yang kutanam beberapa hari silam. Tentu saja aku tak bisa melupakan kejadian beberapa malam yang lalu. Aku juga tak peduli pada resiko yang akan ku terima atas dendam yang kutanam ini. Omong-omong soal resiko, kalian pasti bertanya-tanya apa resiko atas Dendam yang kutanam ini? dari penuturan Pak Tetua, seseorang yang menanam Dendam, maka akan menuai Dendam tersebut. Tetapi dampak buruknya adalah, akan ada Durman baru yang muncul dan akan membuat Suasana Kampung ini menjadi Mencekam kembali. Aku tak peduli akan hal itu, aku sudah siap Jika aku harus menjadi Durman yang membantai orang-orang dengan ilmu santetnya. Tetapi siapa sangka? Semuanya tak berjalan sesuai rencana. Jika kalian memang ingin tahu, maka bacalah Bab ini!

***

Semenjak kejadian kemarin, aku semakin waspada terhadap Kelia. Begitupula Ahmad yang kini memasang jarak terhadap nya. Memang, saat Adzan Subuh menjelang Kelia akan kembali Normal, tetapi tetap saja Ia masih membuat ku takut. Aku dan Ahmad juga bergantian untuk mengikat tubuh Kelia, menutup Jendela dan mengunci Pintu Kamar Kelia. Aku juga masih trauma dengan kejadian kemarin, meski memang aku tak terluka tetapi ada hal lain yang membuat ku trauma. Mulai dari Teror hantu Noni Belanda yang tak pernah absen mengganggu ku Shalat, Kepergian Daniel dan Gea, Kutukan Sandekala Kelia, dan aku tak tahu lagi apa yang akan terjadi lagi selanjutnya...

Pagi ini setelah Shalat Subuh, aku berencana untuk pergi ke pasar membeli bahan masakan, Karena kondisi Kelia yang kurang fit dan Ahmad menolak untuk pergi dengan alasan ingin menjaga Kelia. Huft, dengan perasaan sedikit kesal aku pun melangkahkan kaki menuju Pasar. Dalam perjalanan ke Pasar, aku melihat ibu-ibu sedang bergosip tentang sesuatu. Sekilas aku mendengar mereka menyebut "Mahasiswa KKN". Aku pun menghentikan langkah ku dan berusaha menguping, walaupun aku tak mengerti bahasa mereka tetapi aku bisa menangkap kata demi kata yang di ucap kan oleh ibu itu. Kira-kira beginilah percakapan mereka

Ibu Gemuk : Heh, kowe arep krungu gosip apa ora? bab bocah-bocah KKN.

Ibu-ibu lainnya : Gosip apa buk? Opo ana masalah karo bocah KKN?

Ibu Gemuk : Dhek wingi bojoku kandha yen kancane anake KKN kena Kutukan Sandekala. Ibu-ibu ing kene mesthi wis ngerti apa sing nyebabake Kutukan, ta?

Ibu-ibu lainnya : Oh iya, biyen wong tuwaku ngomong yen sak Sandekala ora boleh ngopo-ngopoin kajaba sholat lan maca Al-Qur'an. Merga jarene, bakal diculik karo Kalong Wewe utawa sing paling elek bakal dikutuk.

Ibu Gemuk : Lha bener, biyen wong tuwaku uga ngomong ngono. Lha, rungokno mbak, bocah-bocah KKN uga padha nindakake pantangan ing omah.

Ibu-ibu lainnya : Ih masa sih bu? jadi geli saya dengernya.

Tiba-tiba datang Bu Rumi, Pemilik Villa yang kami tinggali di Kampung ini. Bu Rumi pun berkata'

Kampung Santet "Dendam Tanpa Ujung Membawa Petaka"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang