Bab 23 : Maaf

231 2 0
                                    

Kembali ke waktu yang sekarang. Semua terjadi begitu cepat, Waktu hidupku sudah tak lama lagi. Kalian pasti masih bertanya darimana aku tahu bahwa para Warga Kampung itu akan segera menjemputku? Aku mengetahui hal itu dari Durman!. Kalian masih ingat dengan sesuatu yang ditaburkan oleh para Warga Kampung yang mengepung rumahku beberapa hari yang lalu? Ternyata yang ditaburkan itu adalah Tanah Kuburan! Menurut Durman, Tanah Kuburan itu bukan media santet tetapi hanya untuk meninggalkan jejak agar para Warga Kampung itu mengetahui lokasiku saat ini. Kalian pasti kembali berpikir, Para Warga Kampung itu sudah mengenal aku dan teman-temanku sejak lama lantas mengapa mereka harus menandai Rumah ku dengan Tanah Kuburan? Hal itu berbeda! Warga Kampung yang biasa kulihat hanyalah Jin Qarin yang masih memiliki sifat baik pada seseorang, Sedangkan yang kulihat beberapa hari yang lalu adalah sosok para leluhur Kampung yang sering dibicarakan oleh Karman. Jadi, Semua masuk akal bukan? Baiklah! kembali ke alur cerita.

Sampai saat ini aku masih sangat kebingungan, Apa yang harus Kupilih. Masih pada Dua Pilihan Yang sama "Pulang Atau Mati?" Hampir semua dari kalian pasti akan menjawab "Kamu harus Pulang! dan memberitahukan seluruh hal yang kamu alami itu kepada Pihak berwajib!" Kalian akan dengan sangat mudah menjawabnya. Awalnya aku berpikir mungkin dengan Pulang, Aku bisa melaporkan seluruh hal yang menimpa aku dan teman-temanku kepada Pihak Berwajib dan setidaknya bisa memakamkan Mayat teman-temanku secara layak. Tetapi Jika aku memilih Mati maka aku akan terbebas dalam segala urusan hidupku dan bisa hidup dengan tenang. Tetapi lagi-lagi batin ku bertanya

"Apakah Jika Kamu mati, Semua Pihak akan menerima Kematian mu? Apakah Orang Tua mu akan dengan sukarela menerima Kehilangan mu dari Dunia ini? Atau apakah teman-temanmu bisa menerima Kematianmu dengan sukarela? Pikirkanlah hal itu baik-baik!"

Argh! Pikiranku Kembali kacau! Langkah apa yang harus ku ambil saat ini? Semuanya terasa begitu Kelam! 

"Tok....tok...tok..."

Ada seseorang yang mengetuk Pintu Depan, Sial! Jantungku langsung berdegup Kencang! Bagaimana jika yang mengetuk adalah Para Leluhur Kampung ini? Tetapi menurut Perjanjiannya, Aku belum seharusnya di Jemput pada malam ini! Aku berjalan dengan langkah perlahan dengan kaki yang bergetar. Aku sangat takut! aku baru ingat bahwa Hal yang paling kutakuti adalah Kematian! Ketukan itu masih berbunyi

"Tok....tok...tok"

Hingga Sampailah aku kedepan Pintu, lalu aku mengangkat tanganku yang masih bergetaran ini dan memegang Gagang Pintu, Lalu membukanya secara Perlahan. Aku benar-benar tak percaya pada sosok yang terlihat di depan mataku ini! Tidak salah lagi dia adalah Kelia! Dia tampak lebih cantik daripada saat terakhir aku melihatnya! Dia tidak menampakkan Sosok mengerikan nya kepada ku, Melainkan memperlihatkan Sosok nya yang Paling Cantik kepadaku. Tak terasa Mataku mulai terasa panas, Kelia pun berkata

"Anggara! Apa Kabarmu? Aku sangat merindukanmu!"

Air mata mulai mengucur di mataku, Aku pun memeluk Kelia sangat erat. Kelia tampak senang dan tak masalah akan hal ini, bahkan Ia mengelus Kepalaku dengan begitu lembut. Ia kembali berkata

"Kamu Kenapa? Kok jadi menangis begitu? Kamu juga rindu padaku?"

Kelia tampak masih bertanya-tanya tentang diriku. Aku hanya menggelengkan kepala sembari mengusap air mataku yang masih bercucuran. 

"Maaf ya sudah membuat kamu Khawatir"

Ucapnya. Aku yang tadinya menangis, sekarang memulai pembicaraan dengannya.

Aku : Kamu masih hidup Kel? Bagaimana bisa? 

Kelia : (Tersenyum) Aku memang sudah mati Angga, tetapi aku tak pernah pergi.

Kampung Santet "Dendam Tanpa Ujung Membawa Petaka"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang