Bab 8 : Buah Dendam Telah Matang

390 7 0
                                    

Ilmu gelap Durman mulai berkembang dengan pesat, Durman mulai mengetes kemampuan Ilmu Gelap tersebut kepada orang orang yang ia temui selama perjalanan. Setelah Ilmu Gelap nya dirasa telah cukup, Durman memutuskan untuk pulang kembali ke Kampung Damai.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, Durman akhirnya sampai di kampung itu. Tak ada satu orangpun yang mengenal Durman di kampung itu. Karena, mereka mengira bahwa Durman telah pergi meninggalkan kampung itu. Kejutan tak hanya berhenti disana, saat Durman menanyakan keberadaan Sunija dan anak anak nya ia begitu kaget ketika mendapati Istrinya Sunija telah menghabisi kedua anak nya Irna dan Dino dengan cara menenggelamkan mereka di sungai sedangkan Sunija, memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara terjun ke jurang yang di gadang gadang adalah tempat bunuh dirinya  Durman.

Durman tak bisa menunjukkan betapa hancur hati nya saat mendengar perkataan warga. Durman pun kembali ke gubuk lamanya dan saat masuk ke gubuk, Durman mulai menangis dan berteriak sekencang mungkin. Durman pun mulai mencaci tuhan dan mengambil tasbih lama yang biasa ia gunakan untuk beribadah. Durman berkata

"Tuhan, aku sangat membencimu pada saat ini. Aku tidak akan meminta maaf atas apa yang telah kukatakan saat ini. Aku tidak lagi memercayai Keberadaan-Mu. Bagiku, saat ini kau hanya mimpi yang ada dalam pikiran manusia manusia bodoh seperti aku yang dahulu. Tapi, aku tak mau terus menerus membodohi diriku dengan percaya bahwa Kau memang ada. Bertahun-tahun aku dan keluargaku mengharap hidayah dari-Mu, karena kami yakin akan kebesaran-Mu. Nyatanya, keluarga ku mati sia-sia. Sekarang, aku sendirian, dan aku menyadari bahwa keberadaan-Mu hanya omong kosong belaka. Aku tak akan lagi mengharap apapun lagi dari-Mu. Aku akan membalaskan semua dendamku ini... Dengan caraku sendiri!!"

Tasbih yang ia pegang sejak tadi ia lemparkan ke lantai sekeras mungkin hingga butiran butiran nya terpental kemana mana. Ia kembali menangis dan berteriak sambil mencaci Tuhan dengan kata kata yang paling buruk. Dendam nya semakin berkobar hingga tanpa sadar buah dari dendam itu telah matang dan siap untuk di santap.

***

Kampung Santet "Dendam Tanpa Ujung Membawa Petaka"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang