Bab 25 : Dunia Yang Aneh

276 4 0
                                    

Akhirnya aku benar-benar Pulang. Senang rasanya bisa kembali menghirup Udara Segar yang tak pernah kurasakan lagi sejak berada di Kampung Santet. Aku masih berada di Rumah Kosan ku, sedang beristirahat dari Hari yang begitu melelahkan. Aku sudah mengirimkan Permintaan Maaf kepada Keluarga Teman-temanku, meski sebenarnya aku merasa tak enak. Aku juga belum memikirkan alasan untuk menghindar dari Proker KKN yang belum bisa terlaksana dengan baik. 

Tapi sudahlah, aku akan memikirkan hal itu nanti, saat ini aku harus bisa mengumpulkan cukup energi untuk melanjutkan hari-hari ku esok. Seluruh pesan yang ku kirimkan selama berada di Kampung itu baru terkirim setelah aku menginjakkan kaki ke luar Gerbang Kampung. Setidaknya aku bisa Pulang, itu sudah cukup bagiku. 

"Tuhan, Kali ini aku berterima kasih padamu. Kau masih memberiku kesempatan untuk melanjutkan hidup. Aku mohon terima lah Teman-temanku di sisimu, biarkan mereka Tenang dan Damai bersama dirimu"

***

Pagi ini kudapatkan pesan dari Orang Tua Ahmad. Isi pesan itu sebenarnya cukup aneh, aku hanya akan menuliskan Percakapan Singkat antara aku dan dia.

Aku : Pak, ini saya Muhammad Anggara. Sahabat anak Bapak "Ahmad" aku tidak bisa menjelaskan semua kejadian KKN kami secara rinci pak. Tapi singkat saja, Ahmad meninggal pada saat kami bermukim di Kampung itu. Aku akan berusaha menjelaskan semuanya pada Pihak berwajib agar mereka bisa segera mengambil mayat Ahmad dan Menguburkannya secara layak. Semoga Bapak dan Keluarga bisa menerima Kepergian Ahmad. Saya hanya bisa mengucapkan Maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Keluarga atas Kecerobohan saya dalam menjaga teman saya. 

Ayah Ahmad : Sebelum nya mohon maaf, ini siapa ya? Saya tidak kenal dengan Ahmad ataupun Anggara. Mungkin anda salah nomor? 

Aku : Apa? Tidak Mungkin. Saya yakin kalau nomor ini adalah nomor yang diberikan oleh teman saya Ahmad.

Ayah Ahmad : Maaf, Kamu mungkin memang salah nomor. Saya tidak punya anak ataupun anggota Keluarga bernama Ahmad. 

***

Percakapan kami berhenti disana. Karena Ayah Ahmad pada akhirnya memblokir nomor ku. Begitupula dengan Orang Tua Daniel, Kelia, dan Gea, Mereka juga memberi respon yang sama dengan Orang Tua Ahmad. Aku semakin kebingungan atas semua hal ini, Tampaknya keanehan masih berlanjut bahkan setelah Kepulanganku dari Kampung itu. 

Setelah dipikir-pikir, Aku baru ingat bahwa Aku belum melaporkan hal-hal yang menimpa kami di Kampung Santet belum ku laporkan pada pihak berwajib. Meski tak mempunyai bukti, aku masih bersikukuh bahwa ini semua harus di serahkan kepada mereka. Jika mereka tidak bisa membantuku menemukan atau menangkap Dalang dari semua ini, Setidaknya aku bisa memakamkan mayat Teman-temanku secara layak. Aku juga merasa sudah lebih baik daripada hari sebelumnya, dan aku sudah mengatur wacana untuk segera Pergi ke Kantor Pihak Berwajib. 

***

Hari menunjukkan pukul 01:03, tidak biasanya aku bangun di jam segini. Aku terbangun karena bisikkan seseorang dari samping badanku. ASTAGA!!! Ternyata yang tertidur di sampingku adalah Kelia. Aku terkejut karena Kelia datang dalam wujudnya yang mengerikan. Dada bagian kirinya yang bolong, Baju nya yang tersobek, dan beberapa luka di wajahnya membuat ku bergidik ngeri. Kelia lantas berkata

"Mana Janjimu Angga? Mana Janjimu? Mengapa kamu tak mengucapkan Kata Perpisahanku kepada Keluargaku? Kenapa kamu tak menepati Janjimu?"

Kampung Santet "Dendam Tanpa Ujung Membawa Petaka"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang