"Sunyaruri" mungkin adalah kata yang asing bagi kalian. Menurut internet kata Sunyaruri berarti sunyi dan kesepian. Sunyaruri sendiri adalah sebuah Alam Kesepian dan Kesunyian. Sama seperti keadaan ku saat ini yang begitu Sepi dan Sunyi. Tebakan ku memang benar, mendengar kabar dari Pak Tetua tentang hal-hal tabu yang dilakukan oleh teman-temanku, para warga pun mulai mengucilkan dan tak lagi mempedulikan ku. Ahmad masih dirasuki oleh Durman, Kelia badannya mulai membusuk, Detak jantung Gea semakin lemah, dan Daniel yang masih tak bisa pulang. Belakangan kuketahui alasan mengapa Durman tak merasuki ku. Perkataan Pak Tetua tentang Daniel yang menjaga ku memang benar. Rupanya Daniel lah yang mencegah Durman untuk masuk ke dalam ragaku. Ah sudahlah, itu tak terlalu penting. Pada bab ini aku hanya ingin kalian tahu bahwa aku sedang berada dalam Alam Sunyaruri, Alam Kesunyian dan Kesepian. Omong-omong tentang Sunyi dan Sepi, Aku jadi teringat pada masa Sekolah Dasar ku di Palembang. Pada bab ini pula aku akan menjelaskan seperti apa Alam Sunyaruri itu.
***
Hari ini sudah tak terhitung berapa kali anak-anak di Sekolah ini menjauhi ku. Aku tahu ini mungkin karena pekerjaan Ayah ku yang tak seberapa. Yaah Ayah ku hanyalah seorang buruh tani di Kebun Sawit di Daerah Lubuk Linggau. Penghasilan Ayah ku memang tak seberapa sehingga tak jarang kami hanya bisa makan nasi putih dengan garam atau kecap saja. Anak-anak lain di sekolah ini tampak tak menyukaiku karena tampang ku yang sangat menggambarkan Orang Miskin. Namun, aku harus kuat menghadapi ini semua, Menghadapi Teman-teman, Guru, atapun para Penindas ku di sekolah.
Sudah tak terhitung pula berapa kali aku mendengar kata "Dasar anak Miskin!" dari mulut teman-teman atau guruku. Rasanya sangat sedih tatkala mendengar kata itu, tetapi aku hanya bisa diam dan tak bisa membalas. Selain itu aku juga bukanlah anak yang pintar, Aku seringkali di hina oleh guru-guruku, walaupun mereka menggunakan kata "Nasihat" sebagai pelindung. Aku begitu kesepian di Sekolah ini, kedua kakak ku sudah lebih dahulu pergi ke SMP dan SMA. Hanya Afrizal, yang menjadi teman setia ku satu-satunya di Sekolah ini. Ya Afrizal memang anak yang sangat baik, Ia sama sepertiku berasal dari Keluarga yang kurang mampu dan kerap mendapatkan hinaan dan cacian yang porsinya sama dengan ku.
Suatu hari, Kakak Kelas ku menagih uang ku secara paksa. Jelas aku menolak, Uang yang kupunya tak seberapa dan juga hanya untuk ongkos pulang pergi. Mereka pun marah dan memukuli ku habis-habisan. Rizal hanya bisa menatap ku dengan iba dan tak bisa menolong ku. Aku pulang dalam keadaan badan yang bersimbah memar, seragam ku penuh dengan noda sepatu anak-anak lain. saat dirumah orang tua ku bertanya apa yang terjadi, aku hanya bisa menjawab "Aku tak sengaja terjatuh saat bermain". Orang tua ku pun hanya mengangguk saja, mereka sepertinya tahu akan masalah yang di hadapi oleh Anak mereka tetapi mereka memilih bungkam. Aku hanya bisa menangis di pojok kamar, dalam keadaan yang begitu menyakitkan. Aku bukan sakit karena Luka memar ini, tetapi aku begitu sakit karena tahu bahwa orang tua ku tak terlalu peduli pada anak mereka sendiri. Keesokan harinya aku menolak untuk pergi ke sekolah karena badan ku yang masih dipenuhi luka memar membuat badan ku sulit di gerakkan. Aku sedikit bersyukur, setidaknya aku bisa menghindar dari ejekan anak-anak lain atau hinaan dari guru-guru ku.
Pernah suatu kali aku mengobrol dengan Orang tua ku.
Aku : Ayah, Ibu, Aku tidak mau sekolah, aku bosan di hina dan di ejek oleh anak-anak lainnya. Belum lagi mereka sudah memukuli ku habis-habisan, Aku juga merasa tak mendapat pelajaran apa-apa di sekolah.
Mata Ayah ku pun melotot, mukanya memerah. Ia pun menatap ku dan berteriak.
Ayah : TIDAK BOLEH! KAMU HARUS TETAP SEKOLAH!. MAU JADI APA KAMU JIKA TIDAK SEKOLAH? MAU JADI SEPERTI AYAH? HIDUP SENGSARA PENGHASILAN TAK SEBERAPA. KALAU KAMU TIDAK PAHAM PELAJARAN TINGGAL TANYA PADA GURU MU! JANGAN CENGENG SEPERTI ANAK PEREMPUAN!
Ayah pun menamparku, Aku pun menangis dan berlari ke kamar ku. Ayah berteriak kembali
Ayah : YANG MERASAKAN HINAAN DAN EJEKAN BUKAN HANYA KAMU NAK! AYAH JUGA TERKENA IMBAS NYA!. KAMU MAU TAHU APA PENYEBAB AYAH MENJADI SEORANG PETANI SEPERTI INI? KARENA AYAH TIDAK SEKOLAH! KAMU MAU JADI SEPERTI AYAH? HIDUP SENGSARA PENUH DERITA? YANG MERASA SAKIT DAN SEDIH BUKAN HANYA KAMU NAK!
Aku begitu kesal terhadap kelakuan ayah ku di hari itu, kami sempat tak berbicara selama beberapa bulan. Ibu ku hanya bisa diam melihat ayah yang menampari ku. Aku tahu yang ku katakan itu memang salah. Tetapi apakah harus Ayah sampai menampar ku untuk memberi pelajaran? kalian bisa menjawab sendiri atas pertanyaan ku.
Suatu hari aku bertemu dengan anak baru bernama Muhammad Rafi Al Farid, Aku memanggilnya dengan sebutan Farid. Ia sebenarnya adalah Anak orang kaya, Ayah nya adalah pemilik Perusahaan besar di Kota Palembang. Tetapi Ia juga turut dirundung di Sekolah karena Ia lebih suka bermain dengan anak perempuan. Meski Ia adalah anak yang pintar, tetapi bagi para penindas itu tampaknya tak peduli akan hal itu. Aku pun bersahabat dengan Rizal dan Farid, karena merasa senasib di sekolah ini. Persahabatan kami sebenarnya tak berlangsung lama, karena saat kami lulus dari SD kami masuk ke SMP yang berbeda. Aku masuk ke SMP yang sama dengan Rizal tetapi kami berbeda ruang kelas sedangkan Farid lebih memilih masuk Pesantren. Hubungan kami pun merenggang dan pada akhirnya benar-benar terputus.
Semenjak masuk ke SMP aku mulai mendapat banyak nasib baik. Ayah ku diterima bekerja di sebuah Sekolah Menengah Atas menjadi seorang guru, Ibu ku diterima menjadi seorang Staff Operator di suatu Kantor, Kakak ku pun lulus tes di Universitas dan mereka pun bisa langsung kuliah. Dan aku menjadi Juara Kelas di SMP. Namun, aku tak akan lupa pada Kedua Sahabat ku Rizal dan Farid, Mereka lah yang telah membantuku menghadapi Alam Sunyaruri selama aku di SD.
"Rizal dan Farid memang adalah teman sejati untuk ku. Walaupun mereka menganggap ku berbeda saat ini tetapi, di mata ku mereka masih menjadi teman untuk ku. Mereka jugalah yang membantu ku untuk menghadapi Alam Sunyaruri di Masa Sekolah Dasar ku. Meski kita sudah tak se akrab dulu, Kita tetap adalah Teman Sejati. Aku hanya ingin memberi kata "Semangat" untuk kalian, Semangatlah untuk menghadapi seluruh tantangan yang ada di hidup ini!"
-Yang Merindukan kalian (Rizal dan Farid) Muhammad Anggara-
***
Alam Sunyaruri memang sudah tak asing buat ku, Pengalaman saat berada di Sekolah Dasar sudah membuat ku terbiasa dalam menghadapinya. Tetapi Alam Sunyaruri yang ku hadapi saat ini terasa benar-benar berbeda. Jika di SD aku hanya kesepian dan sedih, saat ini aku benar-benar sedang di Alam Sunyaruri yang sesungguhnya. Aku bisa merasakan kesepian, kesunyian, dan kesedihan. Aku tak tahu sampai kapan aku harus berada di Alam Sunyaruri ini. Alam yang begitu Penuh dengan Kesunyian dan Rasa Kesepian...
"Cahaya terang telah lama hilang
kasih ibumu tak jua datang
sepi bergema direlung duka
murung menyapa kau tak berkataTembok pun berkata kau kan bahagia
angin pun berbisik ku kan melangkah..Sunyaruri.."
( Sarasvati - Sunyaruri)
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Santet "Dendam Tanpa Ujung Membawa Petaka"
HorrorSemua berawal dari Dendam, Dendam Tanpa Ujung yang berakhir pada sebuah Malapetaka. Durman adalah orang yang telah membawa Dendam itu. Dendam yang berujung pada Santet yang hampir menghabisi seluruh Warga di Kampung itu. Namun sebelum Ia berhasil me...