Bab 13 : Rumah Singgah

348 4 0
                                    

Beberapa hari setelah Kematian Daniel kami sempat memutuskan untuk beristirahat dan belum menjalankan Proker KKN. Kami juga sedang menunggu Janji Pak Tetua yang akan mencarikan Rumah Singgah untuk kami. Aku dan Teman-Temanku sebenarnya tak terlalu mempermasalahkan akan tinggal dimana. Tetapi, kami mulai tidak betah tinggal di rumah Pak Tetua yang begitu mencekam pasca Kematian Daniel. Aku juga sebenarnya merasa tak enak dengan Pak Tetua yang memperbolehkan kami untuk tinggal di rumahnya.

Selama beberapa malam aku merasa bahwa Daniel masih berada di rumah ini. Dan aku rasa aku lah yang paling terpukul atas kematiannya. Teman-temanku yang lain (Ahmad,Gea, dan Kelia) tampak acuh tak acuh terhadap kematian Daniel. Sebenarnya aku bisa saja melaporkan Kematian Daniel kepada pihak berwajib agar mereka bisa mencari tahu lebih lanjut tentang penyebab kematian Daniel. Namun, aku seakan tak peduli dengan hal itu dan terus menuruti perkataan Pak Tetua pada hari Kematian Daniel. Aku pun tak bisa berbuat banyak karena Sinyal Internet yang tak memadai. Lalu, Peraturan dari Kampung ini yang menyatakan bahwa tidak ada Kendaraan yang boleh masuk ke Kampung ini juga membuat tak banyak pilihan.

Semakin hari Pikiran ku semakin membaik. Daniel tak lagi sering muncul dalam pikiran ku. Aku juga sudah bisa mulai beraktivitas seperti biasanya Dan Pagi ini Pak Tetua mengatakan kepada ku dan Teman-teman bahwa Ia telah menemukan Rumah Singgah yang cocok untuk Kami. Rumah itu memiliki ukuran yang cukup besar, Lapangan nya sangat luas, banyak pepohonan dan rerumputan disekitar rumah itu, dan juga harga sewanya yang tak terlalu mahal. Kamipun setuju untuk tinggal di rumah itu selama Kegiatan KKN kami berlangsung. Kamipun langsung bergegas membereskan Barang-barang kami dan langsung berangkat ke rumah itu. Ternyata jarak rumah ini dari gerbang kampung sangat jauh. Aku khawatir jika terjadi sesuatu terjadi, aku akan kesulitan untuk meminta bantuan. Tetapi, Ah sudahlah aku berpikir Positif saja.

Sesampainya di Rumah itu, memang benar apa yang dideskripsikan oleh Pak Tetua. Rumah ini memang sangat besar, Lapangan nya begitu luas, juga Pemandangan disekitar rumah yang begitu hijau. Rumah itu sangat sempurna untuk Kegiatan KKN kami. Rumah ini milik seseorang bernama Bu Rumi orang nya sangat baik dan ramah. Percakapan ku antara Bu Rumi hanya berlangsung singkat. Aku hanya berharap Rumah Baru ini juga bisa membuat suasana baru dan pikiran baru yang bisa membuat aku lebih semangat dari hari kemarin.

Namun sayangnya, aku belum bisa mengirimkan satu pesan pun atau menelpon satu orangpun selama dikampung ini. Aku bahkan tak bisa menghubungi Dosen dan Kedua Orang Tua ku selama Di Kampung ini. Tapi biar saja dulu, mungkin akan aku kabari lain waktu...

"Aku masih sangat ingat dengan Rumah itu, diawal aku berpikir bahwa mungkin Rumah ini bisa membawa Suasana baru dan bisa mengubah pandangan ku terhadap Kampung ini. Ternyata aku salah, nyatanya Kepindahan ku dan Teman-temanku dari rumah Pak Tetua ternyata adalah awal bagi seluruh Teror mencekam Kampung ini."

***

"Omong-omong soal Rumah Singgah, aku baru menyadari bahwa Bab ini memiliki judul yang sama dengan sebuah lagu. Tetapi tentu aku tak akan menuliskan lirik lagu itu disini, karena cerita ini bukan cerita Galau ;'("

-Badar Rudin

Kampung Santet "Dendam Tanpa Ujung Membawa Petaka"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang