Saat keluar dari kamar, aku mendapati Daniel sudah tidak duduk di Kursi Ruang Tamu. Aku pun tak menghiraukan hal ini mungkin karena Daniel sudah mengantuk makanya ia segera beristirahat di Kamar bersama yang lainnya atau Ia sedang pergi ke WC untuk Buang Air. Aku pun pergi keluar untuk Menghirup Udara segar sembari menunggu Pak Tetua pulang.
Suasana Malam disini cukup Sunyi, meski ada Keramaian di Pasar tetap saja Rasanya Sangat sepi. Bahkan tak ada suara satu hewan kecilpun disini, baik Burung ataupun Jangkrik. Meski Suasana nya sepi dan sunyi, namun tidak mencekam ataupun seram. Tiba-tiba kurasakan Hasrat ku untuk Pipis, padahal jika dipikir-pikir sebelum mengambil Wudhu aku sudah membuang Hajat ku. Tetapi karena Tak bisa menahan akhirnya aku kembali masuk ke Rumah dan bergegas pergi ke WC.
Saat membuka pintu WC aku melihat Daniel sedang memegang sesuatu, Lantai WC yang semula berwarna Putih menjadi merah karena Ulah Daniel. Belum sempat aku bertanya, tiba-tiba Daniel memalingkan wajah nya ke arahku. Dan ASTAGA!!! Aku tak percaya dengan yang sedang kulihat saat ini. Daniel tengah memegang sebuah Benang berwarna putih dan sebuah jarum, Ia sedang menjahit bibir nya sendiri. Benang dan Lantai yang semula berwarna Putih berubah menjadi Merah karena Darah yang terus mengucur dari bibir Daniel. Ia memperlihatkan sorot mata yang begitu menyedihkan, seakan meminta tolong. Belum sempat aku berteriak, Daniel sudah Pingsan dan Kepalanya membentur Lantai cukup keras. Aku pun segera berteriak dan dengan panik berlari ke arah Kamar. Aku pun membangunkan Ahmad dan yang lainnya, bersamaan dengan itu Tiba-tiba Pak Tetua pulang.
Namun reaksi mereka membuatku lebih terkejut daripada hal yang menimpa Daniel. Pak Tetua tampak biasa saja atas hal ini, begitupula dengan Teman-temanku yang lainnya. Aku sebenarnya sedikit geram dan kesal atas hal ini, tetapi aku tak punya banyak waktu karena jika terus dibiarkan, Nyawa Daniel bisa melayang.
Aku pun berusaha untuk menelpon Rumah Sakit, tetapi nihil karena Tak ada sinyal di Kampung ini. Aku juga tak terpikir atas Peraturan Kampung ini yang tak memperbolehkan Kendaraan Masuk. Pak Tetua pun berkata bahwa Usahaku sia-sia, Daniel tak akan selamat.
Benar saja setelah Pingsan cukup lama, Daniel tiba terbangun dan kejang-kejang. Mulut Daniel yang belum terjahit tiba-tiba berbisik Pelan
"Pergi....dari...Kampung....ini...."
Setelah itu, Daniel pun menghembuskan Nafas terakhirnya. Aku tak sempat memikirkan kata-kata yang Ia bisikkan, aku lebih memikirkan tentang apa yang harus kulakukan pada Mayat Daniel? Jika harus menelpon Ambulans Hp ku tak menerima sinyal dan Ambulans mereka sudah pasti tidak boleh masuk. Aku begitu kebingungan, namun Pak Tetua berkata
"Mayat Temanmu akan dikuburkan di sini"
Entah mengapa aku seakan menurut pada Pak Tetua. Seharian itu aku hanya melamun saat Kematian Daniel. Aku masih bisa membayangkan Wajah Daniel yang mulutnya di penuhi darah, dan benang Putih yang berubah menjadi merah karena Darah yang mengucur dari Bibir Daniel.
Aku merasa diriku seakan di hipnotis, pikiranku terblokir, dan semuanya tak bisa berjalan sesuai dengan keinginanku. Daniel yang menganut Ajaran Kristen malah di makamkan dengan tata cara Islam. Entah dampak buruk apa yang akan di timbulkan eh hal ini, aku berharap Daniel bisa pulang dengan tenang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Santet "Dendam Tanpa Ujung Membawa Petaka"
HorrorSemua berawal dari Dendam, Dendam Tanpa Ujung yang berakhir pada sebuah Malapetaka. Durman adalah orang yang telah membawa Dendam itu. Dendam yang berujung pada Santet yang hampir menghabisi seluruh Warga di Kampung itu. Namun sebelum Ia berhasil me...