35. Tangan Yang Kugenggam

128 34 25
                                    

Little bit blue today. A mixed feeling come, but i dont know whats wrong with me.
Berharap senin pagi kalian cerah.
Berharap minggu ini juga akan menyenangkan.

------

35. Tangan Yang Kugenggam

Seorang pangeran menatap pada seorang putri yang terkurung di dalam menara. "Rapunzel, ulurkan rambutmu, percayalah padaku." – Rapunzel.

"Penyihir?"

"Siapa penyihir itu?"

"Kalian sangat mengenalnya," ucap Lady Rowena, "Si Penyihir hanya menutupi dirinya dengan topeng baru."

Saat kata penyihir disebutkan, orang-orang secara praktis langsung merujuk pada Rebecca. Julukan ini dimulai sejak Edgar yang memanggilnya seperti itu.

Berengsek! Rebecca mengumpat di dalam hati. Dia yakin lady terhormat ini sedang mencari masalah dengannya. Jika Rebecca tidak memandang para lady yang menjadi sponsornya, mungkin saat ini mulut lady cantik itu akan berpidah ke belakang kepalanya. Atau dia bisa berpura-pura merapal mantra. Siapa tahu semesta mendukung dan mengubah Rowena yang cantik menjadi seekor kodok, ah lebih baik kalau menjadi seekor lalat saja.

"Cepat katakan siapa penyihir itu?"

Rebecca muak dengan permainan yang dilakukan oleh Lady Rowena dan komplotannya. Seharusnya dia tidak mengasihani lady yang satu ini. Mungkin hari itu sebaiknya dia mematahkan satu atau dua tangan para lady berengsek ini.

"Siapa lagi!" Mata lady itu mengerling pada Rebecca.

"Anda tidak bercanda?"

Rowena menggeleng.

"Dia?"

Semua yang berada di lingkaran itu kini menatap Rebecca. Kemudian perlahan mereka mundur selangkah hingga menyisakan gadis itu berdiri di tengah-tengah bersama Alecia, menjadi pusat perhatian.

Rebecca memutar ingatannya. Apa mantra yang pernah dibacanya di buku tua milik ayahnya. Apakah itu Crevrieto! Atau.... Blestefiesa cabroas? Dia akan mencari buku itu lagi dan mulai mempelajarinya, mungkin. Siapa tahu dia membutuhkan sedikit sihir kutukan.

Baru saja Rebecca hendak menjawab, ternyata Alecia yang terlebih dahulu membuka suara. "Apa dasar kalian mengatakan itu?" tuntut Alecia.

"Lady Alecia yang malang, kamu tidak boleh tertipu olehnya."

"Atau, jangan-jangan dia telah menyihir Lady Alecia."

"Menghipnosis dan memanfaatkan kebaikan Lady Alecia."

"Kalian tahu, penyihir sangat pandai merapalkan mantra-mantra mengerikan."

Terlihat jelas kumpulan gadis yang Rebecca kenal sebagai anak buah Rowena berada di sana. Saling melempar gosip agar kian memanas.

"Hentikan omong kosong kalian!" ucap Alecia.

"Ini bukan omong kosong, Lady Alecia." Rowena melangkah berputar di dalam lingkaran sambil menatap wanita-wanita yang berdiri di sana. "Dia bahkan sudah menandatangani surat perjanjian. Viscount of Hardwin awalnya ingin menikahinya, tapi dia menolak. Dirinya menawarkan diri sebagai simpanan saja. Aneh bukan?"

"Ya, sangat aneh."

"Dia menipu sang viscount untuk menandatangani perjanjian yang jelas-jelas hanya menguntungkan dirinya. Si penyihir meminta tunjangan yang cukup besar pada viscount." Rowena lalu berkata dengan mendesis, "bahkan hingga sekarang, dia masih menerima tunjangan itu. Dia juga masih sering menginap di rumah pria-pria yang bersedia membayarnya."

Beast Broken MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang