37. Pertanyaan Yang Tak Terjawab.

107 33 13
                                    

Seperti janjiku. 29 April akan updet 2 bab Beast Broken Mask.

Selamat menikmati.

==={{

37. Pertanyaan Yang Tak Terjawab.

"Bukankah aku seharusnya senang dapat lepas dari Si Buruk Rupa? Tetapi mengapa aku masih memikirkannya?" – Beauty and The Beast --

Rebecca meringkuk di dalam kamarnya. Dia tidak menangis, hanya merasakan jiwanya begitu kosong. Tangannya membuka kepangan rambut serta melepas hiasan yang terpasang. Dia begitu lelah, dengan otak riuh seakan dirinya terus berlari tanpa henti.

Mengapa dia melakukan hal gila tadi? Mengapa dia mencium Edgar?

Mungkin dia terlalu lelah menghadapi semua permasalahan yang datang bertubi-tubi. Atau dia diambang keputusasaan. Atau dia terlalu gembira menyadari ada seseorang yang bersedia menggenggam tangannya lalu menariknya keluar dari dinginnya lautan kekecewaan?

Pada akhirnya Rebecca tahu, tak ada penjelasan untuk kelakuan anehnya. Menyesal? Sedikit. Rebecca sedikit menyesali tindakannya. Hanya saja, bila waktu kembali berputar. Dia akan tetap memilih melakukan hal yang sama. Kegilaan yang sama.

"Anastasia, apa kabarmu?" Rebecca merebahkan diri di lantai, dia terlalu lelah untuk merangkak naik ke kasur.

"Apa kamu bahagia sekarang?" Rebecca menghela napas. "Maafkan aku telah memaksamu melakukan hal-hal yang tidak kamu inginkan. Maafkan aku telah menghalangi cinta kalian berdua."

Rebecca menertawai dirinya. Dia berbicara dengan sepinya malam, tanpa ada yang menjawab.

"Kuharap kamu dan Dallin bahagia." Rebecca mengetuk-ngetuk lantai dingin. "Aku baru menyadari perasaan itu ternyata sangat rumit."

"Kamu tahu, ada satu pria yang ternyata benar-benar menyukaimu. Dia melakukan apa pun untukmu, bahkan setelah kamu pergi darinya." Rebecca berbaring, kepalanya menatap langit-langit kamar yang sama gelapnya dengan ruangan kamarnya. "Ya, tentu saja kamu sangat mengenal pria itu. Bukankah dulu kamu sering membicarakannya dan aku selalu memintamu tidak mengungkit namanya sekali pun? Tapi kamu selalu berkata pria itu unik dan baik. Bahkan kamu mengatakan kalau aku dan pria itu memiliki kemiripan." Rebecca menertawai dirinya lagi. "Aku mengatakan kamu sudah gila!" Tubuhnya kian meringkuk. "Pria yang kubenci. Pria yang kabarnya seorang beruang buas." Rebecca terkekeh, "Dan kamu tahu, apa yang lebih mengejutkan?" Rebecca tertawa pelan. "Aku mengecup pipinya tadi."

Rebecca menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya, seakan Anastasia, adiknya dapat melihat bagaimana rona merah muda menjalar pada pipinya di ruangan gelap gulita. "Ya, aku mencium beruang buas itu."

Rebecca menutup mata, bayangan kejadian tadi kembali terlintas dalam ingatannya. Dia masih ingat mata Edgar Hallmark yang membelalak, serta tubuhnya menjadi kaku.

"Gila? Ya, kurasa aku hampir gila, Anastasia." Rebecca mengacak rambutnya gelisah. "Tidak, aku tidak tahu apa perasaanku padanya. Kurasa itu bukan cinta," ucapnya kian pelan, ".... kuharap." Rebecca juga ragu apa yang dia rasakan sebenarnya pada Edgar. "Semua masalah ini membuatku lelah. Bolehkah aku melarikan diri juga?"

Kemudian ditepuknya pipinya beberapa kali sebelum kembali berucap. "Sayangnya, tidak ada siapa pun yang akan menemani. Pelarianku pasti akan begitu sepi dan membosankan, benar bukan?"

"Kamu pernah mengatakan sifat kaku yang kumiliki akan membuatku kesepian. Ternyata kamu benar." Rebecca kembali diam. Dia tahu, meski dirinya melarikan diri sejauh mungkin. Dia tetap harus kembali untuk menyelesaikan semua masalah. Rebecca bergelung sambil menutup mata. Berusaha untuk tidur, melupakan sejenak masalah yang akan menyerangnya esok hari.

Beast Broken MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang