43. Mantra Sang Penyihir

146 39 22
                                    

Banyak hal yang terjadi dan itu membuatku pusing.
Reader Babang Ed kalau sempat singgah baca Ada Apa dengan 28 di Cabaca ya. Pas jam baca gratis juga boleh jam 21.00

Dan My Lavender Dream juga Aster in My Heart bisa dibaca tanpa koin di dreame dan innovel dengan membuka iklannya.

Selamat hari Senin semangat hari Senin.

====
43. Mantra Sang Penyihir

"Sang penyihir begitu marah, dia menyihir sang pangeran dengan mantranya hingga sang pangeran tersesat." – Rapunzell --

Rebecca berusaha tidak terus menatap punggung Edgar yang pergi. Menyibukkan diri dengan membereskan beberapa kekacauan, satu-satunya yang dapat dilakukannya. Hanya saja saat dirinya menatap kaca jendela yang pecah juga pintu yang rusak, Rebecca hanya menghela napas panjang. Dari mana dia akan mendapatkan uang untuk memperbaiki rumah ini? Yang terpenting, apakah dia bisa terlelap dengan keadaan rumah begitu terbuka serta berbahaya? Sendirian.

Belum selesai Rebecca membereskan, tiba-tiba saja sebuah kereta kuda memasuki kediaman Baron Chaiden. Rebecca langsung mengumpat saat melihat wajah yang baru turun dari kereta. Jika dia berpikir, kedatangan para penagih utang sudah cukup mengacaukan harinya maka Rebecca salah. Pamannya serta komplotannya muncul dengan gaya menyebalkan serta senyum mengejek.

"Ah, sepertinya tidak hanya dirimu yang berantakan, kini rumahmu pun tidak dapat kamu urus dengan baik," ejek Darwin Hanks.

"Kamu salah, Tuan Hanks," ujar Harry Yearwood. "Rumah ini adalah rumahku."

"Benar! Besok secara resmi, rumah ini akan menjadi milikmu."

"Sejak awal memang rumah ini adalah milikku. Aku hanya berbaik hati memberikan waktu pada keponakanku untuk mempersiapkan diri," sahut Harry Yearwood lagi.

Rebecca mendengkus. Jika pamannya sebaik itu, bukankah seharusnya dia membiarkan keponakannya untuk tinggal di rumah ini, bukannya merampas tempat tinggal satu-satunya miliknya.

"Kamu tidak ikut dengan pria Amerika-mu?" Darwin Hanks terkekeh sambil menunjuk pada Rebecca. "Ah iya aku lupa. Pria itu melarikan diri dengan cepat! Kamu tidak akan bisa bertemu dengannya lagi...." Dia menggoyangkan jari telunjuknya lalu tertawa terbahak-bahak.

Rebecca kecewa, meski dia sudah menyadari Holiver Coint pastinya sudah pergi dengan kapalnya. Langit sudah mulai redup, mendekati sore. Tadi dia mencoba mengutus Hemlin untuk mengirimkan pesan, meminta Holiver untuk menunggunya. Sayangnya belum sempat Hemlin keluar, para penagih utang telah mengacau di rumahnya.

Lagipula, besar kemungkinan Holiver memilih langsung kabur saat itu juga. Saat dia masih sibuk menghadapi para penagih utang yang menghancurkan rumah serta jiwanya.

"Ikanmu telah berenang jauh... sangat jauh, agar terhindar dari wanita busuk sepertimu!" sambung Harry Yearwood.

Rebecca tidak ingin lagi meratapi kegagalan rencananya. Sudah saatnya dia kembali bangkit dan menyusun rencana baru. Terutama dia tidak mau berurusan dengan kedua pria bangsat ini. Rebecca memilih diam, tak mengubris sama sekali, memilih meneruskan membereskan rumahnya. Dia hanya ingin semua segera selesai, kemudian dirinya dapat tidur dan melupakan sejenak permasalahannya.

"Jadi mana sesumbarmu?" ejek Harry Yearwood. "Kamu bilang akan membayar utangmu? Mana?" Harry Yearwood menahan langkah Rebecca. Sementara Darwin Hanks mendekati lalu menyentuhkan jarinya pada leher Rebecca. Segera saja gadis itu menepis dengan tatapan penuh amarah.

"Jika kamu memohon mungkin aku akan bersedia menerimamu sebagai istriku," ucap Darwin Hanks. Tangannya kembali menyentuh Rebecca, kali ini jemarinya bergerak ke pinggang dan bokong Rebecca. "Tidak akan ada pria yang mau menerimamu lagi. Semua sudah tahu betapa busuk, mengerikan, kotor dan miskinnya dirimu. Apalagi, kamu juga tidak terlalu cantik." Darwin Hanks menepuk-nepuk sambil menyeringai.

Beast Broken MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang