Qanita keluar dari mobil dengan langkah kecil, sekarang ia merasa kepalanya agak berat. Menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, kemudian menegakkan tubuh dan dagu ke depan.
Ia datang terlambat hari ini, olimpiade di mulai jam setangah sembilan dan sekarang jam delapan. Saat ia masuk ke dalam gerbang dan berjalan menuju lobby sekolah tampak lengang dikarenakan seluruh siswa dan siswi sudah masuk ke dalam kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran.
Dihadapkan dengan tangga ia menghembuskan nafas lelah, dan berbelok menuju lift yang ada di ujung, seharusnya ia datang lebih pagi karena ini hari penting dan dapat ia pastikan bu Yulia panik menunggu kedatangannya .
Saat lift berhenti di lantai tiga Qanita berjalan tenang melewati lorong yang sepi, hingga ia menemui kerumunan di depan masing-masing kelas, salah satu sekolah yang akan dijadikan tempat perlombaan adalah sekolahnya dan beberapa sekolah lain, jadi Qanita dan teman-temannya tidak perlu pergi ke sekolah lain.
Ia melihat Fira yang sedang berbicara dengan kak Neta, ia berjalan untuk menghampiri mereka.
"Hai" sapa Qanita
"Akhirnya lo datang juga ta" Fira tampak menghembuskan napas lega, seluruh bidang fisika sedari tadi gelisah menunggu kedatangan Qanita. Bahkan Fira sudah disuruh untuk naik jika saja nanti Qanita tidak datang maka Fira yang akan menggantikan.
Qanita meringis pelan "Sorry" katanya sambil tersenyum meminta maaf.
"Bu Yulia kemana?" tanya Qanita
"Tadi sih lagi ke ruang guru, eh itu dia" tunjuk Fira ke arah belakang Qanita yang membuat gadis itu secara otomatis membalikkan badan.
"Darimana saja kamu Qanita? Ini lomba penting dan kamu baru datang?!" semprot bu Yulia begitu melihatnya.
Ia tahu bu Yulia pasti khawatir sejak tadi, karena Qanita yang seharusnya datang lebih awal malah datang belakangan.
"Maaf bu" hanya itu yang bisa ia katakan, ini masalah pribadinya yang seharusnya tidak mengganggu orang lain.
"Yaudah siap –siap sekarang sebentar lagi kamu akan masuk ruangan bersama Neta dan Revan, saya sampai memanggil Fira kesini karena saya pikir kamu tidak datang" walaupun kemarahan bu Yulia sudah reda, wanita itu tetap saja menyemprotnya degan kata-kata yang tak ada habisnya, pentingnya disiplinlah , bagaimana menghargai waktu dan banyak lagi.
Untuk olimpiade fisika yang terpilih adalah Qanita, Neta dan juga Revan sedangkan Fira dan Adji mereka memiliki niai yang lebih rendah dari ketiganya.
"Fokus Qanita" batinya
Kepalanya terasa pusing, badannya juga lemas tetapi ada soal-soal yang harus di jawabnya saat ini, ia menjawab setiap soal secepat mungkin dan juga teliti, mengesampingkan kepalanya yang sekarang terus berdenyut, sesekali ia memijatnya pelan.
Waktu sudah habis dan semua siswa dipersilahkan untuk keluar, Qanita merapikan semua alat tulisnya dan meninggalkan kertas di meja.
Pandangannya semakin kabur dan ketika ia mengusap tangannyake hidup ia melihat darah, mimisan? , sedetik kemudian semua menggelap.
--------
Qanita membuka matanya dan melihat sekelilingnya yang berwarna putih dan beraroma obat kental, jelas ini rumah sakit. Bagaimana bisa ia hanya kekurangan tidur tetapi sampai pingsan begini? Benar-benar lemah.
"Udah sadar?" sebuah suara mengalihkan perhatian Qanita, ia menolehkan kepalanya ke samping, ada Damar disana.
Qanita mengernyitkan dahinya, kenapa ada Damar disini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...